Musyawarah Syu'bah untuk mengevaluasi perkembangan amal dakwah. Diharapkan ada peningkatan sehingga hidayah dapat tersebar di seluruh dunia. Based on the results of the research, concluded that the verses of Dakwah which are referenced and understood by the jamaah Tabligh are essentially the same as most other dakwah movements. In understanding some verses that are then used as the basis of their arguments, it can be said that they are more looking at the literal-textual aspect Bagi Anggota Jamaah Tabligh) menyambut takaza (setelah nisabnya sampai) untuk khuruj selama 40 hari, secara sistematis ia akan meninggalkan keluarga selama 40 hari tersebut, itu artinya ia harus mengabaikan salah satu kewajibannya terhadap keluarga, yakni pembinaan dan pemeliharaan kesejahteraan keluarga dalam bentuk nafkah. Jama’ah Tabligh meninggalkan keluarga untuk berdakwah. Hal-hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk meneliti lebih jauh terkait permasalahan tersebut yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Tinjauan Keluarga Sakinah Terhadap Implementasi Keharmonisan Keluarga Jama’ah Tabligh di Desa Temboro Kabupaten Magetan.” Dajjalmerupakan cobaan paling besar yg menimpa manusia di dunia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai manusia sesungguh tidak ada makhluk di muka bumi ini sejak Allah Ta'ala menciptakan Adam sampai hari kiamat yg fitnah lebih besar daripada Dajjal.”. Rasulullah berkata: مَا بَيْنَ خَلْقِ آدَمَ The international expansion of the Tabligh Jama’at is attributed to Maulana Muhammad Yusuf (1917–1965), son of Maulana Muhammad Ilyas, who took leadership of the movement in 1944 after his father’s death. Like his father, Muhammad Yusuf conceived of Muslims wherever they lived as an ummah —a global brotherhood. Musyawarahharian bertujuan agar dari mahalah kita bisa dikirimkan jama’ah keseluruh alam. Agenda musyawara harian: Karguzari kunjungan kemarin. Tujuan kunjungan hari ini. Petugas ta’lim masjid hari ini. Takaza takaza lain sesuai keperluan Hendaklah musyawarah harian kita melibatkan semua komponen masyarakat. 40M3rT. Inilah kesesatan jamaah tabligh, kalimat rahasia jamaah tabligh dalam berdakwah, antara kenyataan dan pengakuan. "KALIMAT RAHASIA JAMA’AH TABLIGH" Inilah Kesesatan Jamaah Tabligh 1 - Sudah ma’lum bahwa jama’ah tabligh disingkat JT memiliki 6 dasar atau rukun dakwah, yang di atas 6 rukun inilah para pengikut JT dibai’at dan diatas rukun inilah dilaksanakan dakwah JT, barangsiapa yang keluar dari 6 rukun ini maka dia dianggap keluar dari JT. Enam rukun itu adalah Kalimat thayyibah, yaitu Laa ilaha illallah, Muhammadarrasulullah. Menegakkan shalat Menuntut ilmu dan dzikir Memulyakan kaum muslimin Ikhlas Keluar di jalan Allah Khuruj fi sabilillah Pembahasan 6 rukun JT ini bisa dibaca di dalam buku saya “Menguak Kesesatan Jama’ah Tabligh" MKJT dari halaman 13-43. Didalam mendakwahkan 6 rukun ini, JT memiliki jurus kalimat rahasia sehingga dengan jurus ini mereka mampu menjerumuskan banyak manusia ke dalam kesesatan JT. Apa kalimat rahasia itu? Kalimat rahasia itu adalah “SEGALA SESUATU YANG MENYEBABKAN MANUSIA LARI, YANG MENYEBABKAN MANUSIA BERPECAH BELAH, ATAU BERSELISIH DI ANTARA DUA ORANG, MAKA HARUS DITINGGALKAN KARENA MERUPAKAN PENGHALANG DAKWAH JT, PEMUTUS DAKWAH JT, PENGHANCUR DAKWAH JT.” Maka dengan prinsip inilah dakwah JT bisa berkembang pesat di seluruh dunia melalui bid’ah khuruj model JT. Contoh pelaksanaan kalimat rahasia JT dapat kita lihat ketika para da’i JT sedang berdakwah, padahal mereka belum waktunya berdakwah. Maka setiap da’i JT dibekali supaya memegangi kalimat rahasia ini. Ketika orang JT mau membahas rukun pertama dari rukun 6 rukun JT, mereka juga harus menerapkan 6 jurus ini. Sudah maklum di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah bahwa kalimat tauhid, yaitu kalimat Laa ilaaha illaallah itu mengandung tiga macam tauhid, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid Asma’ was Sifat. Apabila da’i Ahlussunnah membahas kalimat tauhid ini maka mereka membahas dan menyampaikan semua tiga macam tauhid tadi, sehingga jelas dihadapan kaum muslimin siapa ahli tauhid yang sebenarnya dan siapa ahli syirik yang sebenarnya. Hal ini sangat berbeda dengan kelompok JT ketika membahas hanya kepada tauhid Rububiyyah saja, karena ini relatif aman dari munculnya perselisihan dan perpecahan. Sedangkan pembahasan Tauhid Uluhiyyah, maka ini tidak boleh dibahas karena di sana ada Salafy yang sangat anti pada kesyirikan. Salafy yang tidak membolehkan untuk mengadakan Syaddurihal perjalanan safar/bepergian ke kuburan, tidak boleh thawwaf di kuburan, tidak boleh bertawassul dan istighatsah kepada orang sholih yang sudah mati, sementara selain Salafy mereka membolehkan. Maka JT tidak berani membahas Tauhid Uluhiyyah ini karena menyebabkan perselisihan dan perpecahan. JT juga tidak berani membahas tauhid yang ketiga, yaitu Tauhid Asma’ was Sifat karena di sana ada sekian golongan atau kelompok yang berbeda yang tidak bisa dipertemukan, ada kelompok Asy’ariyah, ada kelompok Maturidiyah, ada kelompok Jahmiyah, ada kelompok Hululiyyah ajaran Phanteisme, menyatunya Allah dengan makhluk atau Wihdatul Wujud -dalam bahasa Jawa- dikenal dengan ungkapan Manunggaling Kawulo lan Gusti. Belum lagi disana ada kelompok Salafy yang menentang semua kelompok diatas sehingga JT tidak berani mambahas masalah tauhid ini karena akan menimbulkan perselisihan dan perpecahan. Demikian juga ketika JT mau mambahas rukun lainnya , rukun ilmu misalnya maka jurus kalimat rahasia ini wajib dipegangi. JT membagi ilmu itu menjadi dua, yaitu ILMU FADHA'IL dan ILMU MASA’IL ilmu fiqih. Ilmu yang pertama yakni Ilmu Fadha'il atau yang lebih dikenal dikalangan mereka Fadhilah 'Amal dianggap lebih aman untuk membahasnya dari timbulnya perselisihan dan perpecahan. Sementara Ilmu Masa’il sangat sarat timbulnya perselisihan dan perpecahan -menurut mereka- karena mereka mendahulukan khuruj daripada thalabul ilmi mencari ilmu. Maka orang JT tidak berani membahas ilmu masa’il dan masalah ilmu masa’il ilmu fiqih ini diserahkan kepada Ulama’ negeri wilayah tersebut. Orang JT cukup dengan ilmu Fadha'il saja. Dan begitu seterusnya, yaitu semua wajib dihindari. Sungguh kalimat rahasia JT ini sangat bertentangan dengan prinsip dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Konsekuensinya, seorang da’i JT harus bisa bermuka banyak dengan mendiamkan kesyirikan yang ada di hadapannya, mendiamkan kebid’ahan dan kesesatan yang ada di hadapannya. Bahkan JT juga menjadi penolong dari perbuatan kemungkaran "Ketika ada orang yang merokok, mereka malah membelikan; ketika ada yang mabuk, mereka malah menyiapkan gelasnya; dan ketika ada orang yang mencukur jenggotnya, mereka yang menyiapkan siletnya pisau cukur. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman “Dan janganlah kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” 42 Adapun da’i Salafy Ahlussunnah Wal Jama’ah, dia menerangkan kepada umat Islam bahaya-bahaya kesyirikan, macam-macamnya, menyeru kepada umat untuk menjauhi syirik dan pelakunya sehingga menjadi jelas dan terang di hadapan umat antara syirik dan tauhid, antara ahli syirik dan ahli tauhid. Da’i Salafy Ahlussunnah Wal Jama’ah juga menerangkan kepada umat bahaya-bahaya bid’ah, macam-macam bid’ah, dan siapa yang disebut ahli bid’ah. Diterangkan kepada umat pentingnya mempelajari dan mengamalkan sunnah, sehingga dengan itu jelaslah di hadapan umat siapa ahli bid’ah dan siapa ahli sunnah, yang keduanya berbeda dan tidak bisa disatukan. Da’i Salafy juga menerangkan kepada umat bahaya perbuatan mungkar dan maksiat dan bahaya tidak ditegakkannya amar ma’ruf nahi mungkar diringkas dari kitab Al-Qhuthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha karya Asy-Syaikh Ibrahim Ibnu Sulthon Al-Adnany, hlm. 7-12 SERIAL KESESATAN JAMAAH TABLIGH Muqaddimah Kalimat Rahasia Jamaah Tabligh Kisah Kelabu Jamaah Tabligh Pengakuan Mantan Jamaah Tabligh Abstrak Jamaah Tabligh merupakan salah satu gerakan dakwah dalam Islam yang berasal dari India. Gerakan ini masuk ke pulau Lombok sekitar awal tahun 1990-an. Kehadiran gerakan ini melahirkan fenomena baru dalam kehidupan sebagian masyarakat Islam di Lombok. Gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya tidak hanya kepada golongan kelas bawah, tapi juga golongan elit dari kalangan pejabat dan pengusaha. Kajian ini bertujuan menganalisa kelompok ini dari aspek pengaruhnya terhadap pembangunan masyarakat Muslim secara lebih luas seperti politik, ekonomi dan sosial. Bentuk kajian ini adalah deskriptif-kualitatif. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah dokumentasi, observasi dan wawancara yang melibatkan 21 responden. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa gerakan Jamaah Tabligh memberi pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan masyarakat Muslim di Pulau Lombok. Dari segi politik, gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya terhadap para pejabat sehingga ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh para pejabat bersumber dari doktrin gerakan Jamaah Tabligh. Dari segi ekonomi pula, gerakan ini telah berhasil mengurangkan gaya hidup hedonisme di kalangan pengikutnya. Sedangkan dari segi sosial, gerakan ini memainkan peranan penting terhadap hidupnya suasana ibadah di masjid-masjid. Selain ini gerakan ini juga telah mampu mengurangi perilaku buruk di kalangan masyarakat. Namun demikian terdapat juga beberapa hal yang menjadi perhatian khusus gerakan ini terutama dalam menggunakan hadis-hadis yang banyak berstatus lemah dha’if. Selain itu pengabdian terhadap anggota keluarga akibat doktrin khuruj juga yang terdapat dalam gerakan Jamaah Tabligh perlu diperhatikan. Namun secara umum gerakan Jamaah Tabligh memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap pembangunan moral-spiritual masyarakat di pulau Lombok. Oleh karena itu gerakan dakwah ini perlu didukung bagi memberikan pengaruh yang lebih luas terhadap pembangunan masyarakat selain itu gerakan ini juga perlu menjalin kerjasama dengan organisasi-organisasi dakwah supaya gerakan ini tidak terkesan eksklusif. Abstract Jamaah Tabligh is one of the da'wah movements in Islam that originally comes from India. This movement was introduced to Lombok Island in the early 1990s. The presence of this movement gave birth to a new phenomenon in the life of some Islamic societies in Lombok. This movement has succeeded in instilling its influence not only to the lower classes, but also the elite from officials and businessmen. This study aims to analyze this group from influence aspects on the development of a Muslim society wider such as politics, economics and society. The form of this study is descriptive-qualitative. The techniques used to obtain data are documentation, observation and interviews involving 21 respondents. The results of this study proved that the Jamaah Tabligh movement has a significant influence on the development of Muslim communities on the Lombok island. From a political point of view, this movement has succeeded in instilling its influence on the officials so that there are some policies made by officials sourced from the doctrine of Jamaah Tabligh movement. From an economic point of view, the movement has succeeded in reducing the hedonism lifestyle among its followers. While in terms of social, this movement plays an important role on the life of the atmosphere of worship in the mosques. Besides this movement has also been able to reduce bad behavior among the community. Nevertheless there are also some things of particular concern to this movement, especially in the use of hadiths that are weak dha'if. In addition, neglect of family members due to doctrine “khuruj” also contained in the Jamaah Tabligh movement needs to be paid attention to. In general, however, the Jamaah Tabligh movement has had a very positive influence on the moral-spiritual development of the people on Lombok island. Therefore, this da'wah movement needs to be supported to give wider influence to community development besides that this movement also need to establish cooperation with da'wah organizations so that this movement does not seem exclusive. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 1 Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap Pembangunan Masyarakat Muslim di Lombok Sejak Tahun 2011-2016 M. Zaki Abdillah Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Mataram,83115, Indonesia ibanee Riwayat Artikel Diterima Desember 2017 Direvisi Januari 2018 Disetujui Februari 2018 Abstrak Jamaah Tabligh merupakan salah satu gerakan dakwah dalam Islam yang berasal dari India. Gerakan ini masuk ke pulau Lombok sekitar awal tahun 1990-an. Kehadiran gerakan ini melahirkan fenomena baru dalam kehidupan sebagian masyarakat Islam di Lombok. Gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya tidak hanya kepada golongan kelas bawah, tapi juga golongan elit dari kalangan pejabat dan pengusaha. Kajian ini bertujuan menganalisa kelompok ini dari aspek pengaruhnya terhadap pembangunan masyarakat Muslim secara lebih luas seperti politik, ekonomi dan sosial. Bentuk kajian ini adalah deskriptif-kualitatif. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah dokumentasi, observasi dan wawancara yang melibatkan 21 responden. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa gerakan Jamaah Tabligh memberi pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan masyarakat Muslim di Pulau Lombok. Dari segi politik, gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya terhadap para pejabat sehingga ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh para pejabat bersumber dari doktrin gerakan Jamaah Tabligh. Dari segi ekonomi pula, gerakan ini telah berhasil mengurangkan gaya hidup hedonisme di kalangan pengikutnya. Sedangkan dari segi sosial, gerakan ini memainkan peranan penting terhadap hidupnya suasana ibadah di masjid-masjid. Selain ini gerakan ini juga telah mampu mengurangi perilaku buruk di kalangan masyarakat. Namun demikian terdapat juga beberapa hal yang menjadi perhatian khusus gerakan ini terutama dalam menggunakan hadis-hadis yang banyak berstatus lemah dha’if. Selain itu pengabdian terhadap anggota keluarga akibat doktrin khuruj juga yang terdapat dalam gerakan Jamaah Tabligh perlu diperhatikan. Namun secara umum gerakan Jamaah Tabligh memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap pembangunan moral-spiritual masyarakat di pulau Lombok. Oleh karena itu gerakan dakwah ini perlu didukung bagi memberikan pengaruh yang lebih luas terhadap pembangunan masyarakat selain itu gerakan ini juga perlu menjalin kerjasama dengan organisasi-organisasi dakwah supaya gerakan ini tidak terkesan eksklusif. Abstract Jamaah Tabligh is one of the da'wah movements in Islam that originally comes from India. This movement was introduced to Lombok Island in the early 1990s. The presence of this movement gave birth to a new phenomenon in the life of some Islamic societies in Lombok. This movement has succeeded in instilling its influence not only to the lower classes, but also the elite from officials and businessmen. This study aims to analyze this group from influence aspects on the development of a Muslim society wider such as politics, economics and society. The form of this study is descriptive-qualitative. The techniques used to obtain data are documentation, observation and interviews involving 21 respondents. The results of this study proved that the Jamaah Tabligh Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 2 I. Pendahuluan Islam tradisional merupakan salah satu istilah yang dilabelkan kepada kelompok Muslim yang mengedepankan amalan ritual dan penyucian jiwa. Salah satu kelompok yang sangat identik dengan istilah ini adalah gerakan Jamaah Tabligh JT. Fenomena tradisionalisme Islam yang diusung oleh JT ini mendapat respon yang beragam di kalangan masyarakat Islam di Indonesia khususnya di Pulau Lombok. Doktrin menghidupkan sunah Nabi melalui pendekatan dakwah secara personal ke rumah-rumah, menghindari polemik fikih dan politik serta memakai pakaian khas dan sorban merupakan ciri-ciri paling menonjol yang ada pada kelompok ini. Walaupun tanggapan masyarakat amat beragam, gerakan JT justeru telah berhasil mengembangkan dakwah mereka hampir ke setiap pelosok wilayah di Pulau Lombok. Hal ini dapat dilihat berdasarkan keikutsertaan masyarakat ke dalam kelompok ini serta kehadiran mereka di masjid-masjid. Tidak susah mengidentifikasi anggota kelompok ini karena mereka memiliki ciri khusus yang hampir dikenal oleh seluruh masyarakat Pulau Lombok. Pun demikian, tidak ada data secara kuantitatif mengenai jumlah anggota gerakan ini karena keanggotaan mereka bersifat lepas dan tidak terdata serta bertebaran di berbagai penjuru. Keberadaan JT di Pulau Lombok sejak awal tahun 1990-an telah melahirkan fenomena baru dalam kehidupan sebagian masyarakat Islam di Lombok. Gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya tidak hanya kepada golongan kelas bawah, tapi juga golongan elit dari kalangan pejabat dan pengusaha. Keberhasilan merangkul seluruh elemen masyarakat menjadikan gerakan ini menarik untuk dianalisa baik dari segi metodologi dakwah mahupun dari segi dampaknya terhadap pembangunan masyarakat Muslim di Lombok. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, terdapat tiga hal fundamental yang menjadi ciri khas gerakan JT yaitu pendekatan dakwah secara personal ke rumah-rumah melalui program khuruj, menghindari polemik fikih dan politik serta memakai pakaian khas ala India. Ketiga ciri ini tentu memiliki dampak terhadap respon dan juga pembangunan masyarakat khususnya jika dilihat dari aspek sosial politik dan budaya. Oleh karenanya persoalan utama yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sejauh mana kehadiran JT ini memberi dampak terhadap pembangunan sosial, politik dan budaya terhadap masyarakat Islam di Lombok. Masyarakat Lombok, oleh sebagian peneliti dianggap sebagai masyarakat yang taat beragama sekaligus taat berbudaya. Jargon “Lombok Pulau Seribu Masjid” adalah cerminan yang amat jelas Kata Kunci Dakwah Islam , Jamaah Tabligh , Metode Deskriptif-Kualitatif Keywords Islamic Da’wah, Jamaah Tabligh , Descriptive-qualitative method movement has a significant influence on the development of Muslim communities on the Lombok island. From a political point of view, this movement has succeeded in instilling its influence on the officials so that there are some policies made by officials sourced from the doctrine of Jamaah Tabligh movement. From an economic point of view, the movement has succeeded in reducing the hedonism lifestyle among its followers. While in terms of social, this movement plays an important role on the life of the atmosphere of worship in the mosques. Besides this movement has also been able to reduce bad behavior among the community. Nevertheless there are also some things of particular concern to this movement, especially in the use of hadiths that are weak dha'if. In addition, neglect of family members due to doctrine “khuruj” also contained in the Jamaah Tabligh movement needs to be paid attention to. In general, however, the Jamaah Tabligh movement has had a very positive influence on the moral-spiritual development of the people on Lombok island. Therefore, this da'wah movement needs to be supported to give wider influence to community development besides that this movement also need to establish cooperation with da'wah organizations so that this movement does not seem exclusive. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 3 untuk menunjukkan bahwa masyarakat Lombok adalah masyarakat yang religius. Selain Jargon “Pulau Seribu Masjid” masyarakat Pulau Lombok juga bisa dilabelkan dengan “Pulau Seribu Tuan Guru” ini karena fungsi, status dan pengaruh Tuan Guru di tengah-tengah masyarakat amat dirasakan. Sesuai dengan gelar yang disematkan oleh masyarakat, Tuan Guru memainkan peranan yang sangat penting dalam menyampaikan ilmu-ilmu agama kepada masyarakat. Dalam menyampaikan ilmu agama, Tuan Guru lazimnya mempunyai lembaga pendidikan berupa pondok pesantren dan biasanya “dihadirkan” oleh masyarakat dalam majelis-majelis keilmuan pengajian baik bersifat rutin mahupun pada momentum tertentu. Dari aspek budaya pula, ritual-ritual budaya yang ditampakkan baik melalui amalan mahupun pakaian memberikan gambaran bahwa masyarakat Lombok di samping religius juga sangat taat dalam beradat dan berbudaya. ketaatan masyarakat Lombok dalam beradatbudaya ini bisa dilihat dari berbagai aspek termasuk dalam hal keagamaan. Adapun dalam bidang politik, terutama setelah penerapan autonomi daerah masyarakat Lombok telah mengalami keterbukaan. Jabatan-jabatan politis yang pada awalnya didominasi oleh kelas perwangsa kini bisa diduduki oleh siapa saja termasuk oleh kalangan Tuan Guru. Bahkan autonomi daerah telah menjadi panggung bagi kalangan Tuan Guru memainkan politik secara praktis. Sehingga hampir di setiap lini demokrasi kalangan Tuan Guru selalu ada untuk mengambil bagian secara aktif. Kehadiran serta perkembangan gerakan JT yang mengusung tiga prinsip fundamental yang nampaknya bertentangan dengan dinamika sosial, politik dan budaya masyarakat Lombok seakan-akan melahirkan kompetisi baru dalam kehidupan masyarakat di Pulau ini. Di satu sisi, masyarakat Lombok sedang mengalami kenyamanan dalam menjalani kehidupan beragama, berbudaya dan berdemokrasi, manakala di sisi lain gerakan JT sedang berusaha melalui dakwahnya untuk menebar prinsip-prinsip agama, politik dan budaya yang berbeda dengan apa yang sedang dijalani oleh masyarakat Lombok. Oleh itu, penelitian ini mencoba untuk menganalisa satu persoalan yang menarik bagi mengetahui sejauh mana gerakan JT mampu mempengaruhi proses pembangunan masyarakat Lombok melalui tiga dimensi utama iaitu sosial, politik dan budaya yang terangkum dalam sebuah judul Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap Pembangunan Masyarakat Muslim Di Lombok. Fokus Penelitian ini adalah untuk memudahkan analisis hasil penelitian, maka penelitian ini difokuskan pada kelompok gerakan JT di Pulau Lombok dengan menumpukan JT yang berada di wilayah Mataram. Rumusan Masalah dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah yang telah dirumuskan yaitu 1 Apa saja pengaruh gerakan JT terhadap masyarakat Muslim di Pulau Lombok? 2 Apa perbedaan metode dakwah gerakan JT dengan gerakan-gerakan lain? 3 Sejauh mana metode dakwah yang diterapkan oleh gerakan ini sejalan dengan sunah Rasul? Adapun Tujuan Penelitia, berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini 1 Mendeskripsikan pengaruh gerakan JT terhadap pembangunan masyarakat Islam di Lombok. 2 Menjelaskan perbedaan metode dakwah JT dengan gerakan Islam yang lain. 3 Menguraikan sejauh mana metode dakwah JT sejalan dengan sunah Rasul.’ Dalam pelaksanaan Penelitian ini diharapkan dapat menerangkan secara jelas mengenai pengaruh gerakan JT dalam pembangunan masyarakat Islam di Pulau Lombok. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam menentukan kebijakan dan pandangan mengenai gerakan dakwah JT. Thung Ju Lan, Kelas Menengah Lombok, kompetisi kultural antar kelas, suku, bangsa dan agama, hlm. 107 Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 4 II. Kajian Pustaka Penulisan tentang Jamaah Tabligh telah banyak dilakukan, antara lain Amir 1998 meneliti Jamaah Tabligh suatu tinjauan sejarah, Syahruddin 1995 meneliti peranan Jamaah Tabligh dalam pembinaan ummat, Jurjis 2001 tentang perilaku Jamaah Tabligh. Di Lombok kajian mengenai Jamaah Tabligh telah dilakukan antaranya oleh Ihsan & Hafizi 2015 yang meneliti tentang strategi dakwah Jamaah Tabligh dan perubahan sosial masyarakat dusun Gelogor desa Lendang Nangka, Lombok Timur. Adapun kajian mengenai pengaruh Jamaah Tabligh secara lebih luas di Lombok sejauh ini masih belum ditemukan. Padahal sejauh ini Jamaah Tabligh tidak hanya menancapkan pengaruhnya di tingkat komunitas yang lebih kecil melainkan telah menjadi sebuah gerakan yang mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Untuk literatur primer mengenai konsep Jamaah Tabligh itu sendiri penulis menyusun berdasarkan beberapa karya di antaranya karya Mualana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi, Himpuna Fadhailul A’amal. Kemudian karya Syeikh Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi dan Syeikh Maulana Muhammad Saad al-Kandaklawi dalam kitab Muntakhab al-Ahadits Dalil-dalil pilihan enam sifat utama. Kemudian karya Maulana Sayid Muhammad Syahid, Menjawab kritikan atas kitab Fadhailul A’mal. Dan karya Mulana Wahiduddin Khan, Gerakan Tinjauan Pustaka Tentang Dakwah Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dari kata dasar daʹā yang berarti menyeru, dan mashdarnya daʹwah yang berarti seruan, mengajak, atau panggilan. Jadi dakwah secara bahasa adalah seruan atau ajakan yang dilakukan oleh da’i kepada manusia untuk menjalani hidup di jalan Allah SWT. Selain makna dakwah, mengajak kejalan Allah atau mengajak kedalam agama Allah dalam Al-Qura’an juga ada ayat dengan makna do’a, Al-Imran,338, makna mendakwa, Maryam 91, makna mengadu, Al-Qamar 10 dan banyak lagi yang dipakaikan dalam makna yang tentang dakwah mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan permasalahan dan tantangan dakwah. Muhammad Ali Aziz dalam bukunya “Ilmu Dakwah” telah menghimpun ta’rif dakwah yang diberikan oleh parta ahli sebanyak 39 ta’rif, di antaranya adalah Menurut Abu Bakar Zakaria dakwah adalah “Usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam untuk memberikan pengajaran kepada khalayak umum sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tentang hal-hal yang mereka butuhkan dalam urusan dunia dan keagamaan”.Menurut Syekh Ali bin Shalih al-Mursyidi dakwah adalah; “Syistem yang berfungsi menjelaskan kebenaran, kebajikan, dan petunjuk agama; sekaligus menguak berbagai kebatilan beserta media dan metodenya melalui sejumlah teknik, metode dan merdia yang lain”. Menurut Syekh Adam Abdullah al-Aluri dakwah adalah “Mengarahkan pandangan dan akal manusia kepada kepercayaan yang berguna dan kebaikan yang bermanfaat. Dakwah juga kegiatan mengajak orang untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan yang hampir menjatuhkannya atau dari kemaksiatan yang selalu Tinjauan Tentang Sumber dan Metode Dakwah Munzier dalam bukunya “Metode Dakwah” menulis 4 hal yang menjadi sumber metode dakwah yaitu, Al-Qur’an, Sunnah Rasul, Sejarah para sahabat dan fuqaha dan sebagai suatu usaha pengejawantahan misi suci Islam sebagai rahmatan Maulana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi, Himpunan Fadhailul A’mal, terj. Abdurrahman Ahmad, Yogyakarta As-Shaf, 2006. Syeikh Mulana Muhammad Yusuf al-kandahlawi yang disusun kembali oleh Maulana Muhammad Saad al-Kandahlawi, Muntakhab Ahadits Dalil-dalil pilihan enam sifat utama, Yogyakarta As-Shaf, 2006. Maulana Sayid Muhammad Syahid, Menjawab kritikan atas kitab Fadhailul A’mal, Bandung Pustaka Dai, 2003. Maulana Wahiduddin Khan, Tabligh Movement, New Delhi The Islamic Center, 1997 Yunus, Mahmud dan Muhammad Qasim Bakry. 1930. Al-Qāmūs al-Zahabiy. Mesir Al Mathba’ah Muhammad Ali Aziz. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta Muhammad Ali Aziz. 2009. Ilmu Dakwah Ibid, Munzir Suparta dan Hajani Hefni, ed. 2006. Metode Dakwah. Jakarta Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 5 lil’alamin haruslah digali dari sumber utama ajaran Islam yaiu Al-Qur’an Sunnah Rasulullah saw, sebagaimana pesan terakhir Rasulullah dalan pidatanya pada Haji Wad’ sebagai berikut “Perhatikan kata-kataku ini, saudara-saudara. Aku sudah menyampaikan ini, ada masalah yang sudah jelas kutinggalkan di tangan kamu, yang jika kamu pegeng teguh, kamu takkan sesat selama-lamanya,-Kitabullah dan Sunnah Rasulullah”. Berangkat dari khutbah Rasulullah pada Haji Wada’ itu, Semua aktifitas umat Islam haruslah didasarkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, maka adalah merupakan suatu kepastian bahwa dakwah harus didasarkan kepada Al-Qur’an dan SunnaRasulullah 8 20. Selain Al-Qur;an dan Al-Sunnah, sejarah hidup para sahabat dan fuqaha juga dapat dijadikan sebagai sumber dakwah. Dalam sejarah kehidupan para sahabat dan para fuqaha banyak nilai-nilai yang patu dijadikan suri tauladan dal usaha dakwah. Karerna adalah orasng-orang yang ekpert dalam bidang agama. Mu’adz bin Jabal dan para sahabat lainnya merupakan figure yang patut dicontoh sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan misi dakwah. Pengalaman juru dakwah juga merupakan sumber metode dakwah yang signifikan dalam berdakwah. C. Tinjauan Pustaka tentang Pendekatan Dakwah Pendekatan dakwah sesungguhnya tidaklah berdiri sendiri tetapi saling bertautan dengan aspek-aspek lain yang terkait dengan dakwah. Menurut Muhammad Ali Aziz, ketika dia membahas metode dakwah ada beberapa istilah yang saling berkaitan, yaitu pendekatan approach-nahiyah, strategi strategy-manhaj, metode method-ushlub teknik technique-thariqah, dan taktik tactic-syakilah. Dalam penelitian ini tidak semuanya akan diteliti, tetapi hanya difokuskan kepada pendekatan dakwah. Pendekatan dakwah berada di antara dua kutup, pada satu sisi adalah da’i, sebagai subjek yang mengajak dan pada sisi lain ada mad’u sebagai objek yang diajak. Agar antara da’i dengan mad’u tercipta keselarasan dan keharmonisan perlu adanya bentuk pendekatan yang akurat. Menurut Sjahudi Siradj sebagaimana dikutip oleh Muhammad Ali Aziz; ada tiga pendekatan dakwah. Pendekatan budaya, Pendekatan pendidikan, danPendekatan pendekatan dakwah tersebut lebih banyak ditentukan oleh kondisi mad’u sebagai objek dakwah. Oleh karenanya komponen terkait, da’i, materi atau pesan dakwah, metode dakwah, dan media dakwah harus singkron dengan kondisi objek yang didakwahi. Sesuai dengan misi Islam rahmatan lilalamin, maka pendekatan dakwah haruslah dilakukan dan diseberluaskan dengan semangat kasih sayang, santun dan Syekh Mustafa Mansur dalam buklunya Fiqhud Dakwah” sebagaiman di kutip oleh Munzir Suparta, ada dua hal yang menjadi dasar bahwa pendakatan dakwah Islam tidak harus menggunakan pendekatan kekerasan tetapi justru harus dilakukan dengan penuh kelembutan,santun dan kasih sayang. Pertama, Islam adalah agama yang benar dan ajaran-ajarannya sama sekali benar dan dapat diuji kebenarannya secara ilmiah. Dua, Masuknya iman ke dalam kalbu setiap manusia merupakan hidayah dari Allah tidak seorangpun yang berhak dan mempu memberikan hidayah ke dalam kalbu manusia kecuali hanya Allah SWTD. Tinjauan tentang Sejarah Singkat Jamaah Tabligh Jama’ah Tabligh didirikan oleh Syaikh Maulana Ilyas bin Syaikh Muhammad Ismail Al-Kandahlawi Al-Hanafi di Negara India, tepatnya di kota Sahar Nufur. Beliau dilahirkan tahun 1303 H. di lingkungan keluarga yang mengikuti thariqat Al-Jitsytiyyah ash-Shufiyyah. Ia belajar pertama kali pada kakeknya sendiri, Syeikh Muhammad Yahya, seorang guru madrasah di kota kelahirannya. Kakenya ini adalah seorang penganut madzhab Hanafi dan teman dari sorang ulama Muammad Husain, Haekal. 1982. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta Munzir Suparta dan Hajani Hefni. Muhammad Ali Aziz. Ibid, Ibid, h. 348 Munzir Suparta dan Hajani Hefni, Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 6 dan penulis Islam terkenal, Syeikh Abu Al-Hasan Ali al-Hasani an-Nadawi, direktur Dar-Ulum di Lucknow, orang yang hafidz hafal Qur’an dan menimba ilmu di Madrasah Diyuband setelah diba’iat oleh guru besar Thariqat, Syaikh Rasyid Ahmad Ilyas pertama kali terdorong untuk mendirikan Jama’ah Tabligh setelah melihat adanya kerusakan mental umat Islam. Menurut penilaiannya, mental umat Islam sudah bobrok dan banyak masjid yang kosong, ibadah-ibadah wajib sudah banyak ditinggalkan oleh umat Islam. Banyak orang mengaku beriman Islam, tetapi sebenarnya mereka telah terjatuh ke lembah kemusyrikan. Maulana berpendapat, tidak ada jalan untuk memperbaikinya kecuali dengan kembali kepada ajaran Rasulullah SAW. Cara inilah yang dapat menyembuhkan “orang-orang sakit” itu. Pusat perkembangan jama’ah tabligh ada di India, tepatnya perkampungan Nidzammudin, Delhi. Mereka memiliki masjid sebagai pusat tabligh yang dikeliliingi oleh 4 kuburan wali. Mereka terkesan sangat mengagungkan masjid tersebut dan menganggap suci masjid yang ada kuburannya tersebut. Da’wah jama’ah tabligh menyebar hingga ke Pakistan, Bangladesh dan negara-negara asia timur dan menyebar hingga ke seluruh dunia. Tujuan dakwah mereka adalah membina ummat islam dengan konsep khuruj/jaulah yang lebih menekankan kepada aspek pembinaan suluk/akhlak, ibadah-ibadah tertentu seperti dzikir, zuhud, dan sabar. Di Indonesia Jamaah tabligh mulai masuk pada tahun 1952, tetapi baru berkembang pada tahun 1974 di Masjid Jami Kebon Jeruk, Jakarta Pusat. Pada awal tahun 1990-an, gerakan dakwah ini sudah tersebar di 27 propinsi di Indonesia. Dakwah dilakukan hingga kawasan transmigrasi dan ke penjara-penjara. Anggota Jamaah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis seperti Gito Rollies sampai dengan tentara, kalangan profesional dll. Sasaran utama pengembangan Jamaah Tablig umumnya kalangan perkotaan terutama yang tidak menyukai aktivitas politik dan ada minat terhadap Aqidah dan Ajaran Jamaah Tabligh Gerakan Jama’ah Tabligh menetapkan enam pedoman dasar sebagai asas da’wah dari jamaah ini yang disebut dengan “Ushul Sittah”, yang mana tersebut sebagai berikut1 Al Kalimah Thoyyibah, yaitu dua kalimat syahadat, Kalimat syahadat dalam ajaran Jamaah Tabligh tidak hanya sebatas diucapkan saja. Akan tetapi, kalimat syahadat juga harus diterapkan dalam amaliyah sehari-hari, dan mereka mengartikan kalimat syahadat sebagai berikut a Laa ilaaha ilallah, Maksudnya Mengeluarkan keyakinan pada makhluk dari dalam hati dan memasukkan keyakinan hanya kepada Allah di dalam hati. Yaitu dengan cara sebagai berikut Mendakwahkan pentingnya iman, latihan dengan membentuk halakah iman, berdoa kepada Allah agar diberi hakikat iman. b Muhammadar Rasulullah, Maksudnya Mengakui bahwa satu-satunya jalan hidup untuk mendapatkan kejayaan dunia dan akhirat hanya dengan mengikuti cara hidup Rasulullah Yaitu dengan cara sebagai berikut dakwahkan pentingnya sunnah Rasulullah, latihan dengan menghidupkan sunnah 1x24 jam setiap hari, berdoa kepada Allah agar dapat mengikuti sunnah Rasulullah. 2 Melaksanakan sholat dengan khusyu’, Para pengikut Jama’ah Tabligh sangat disarankan untuk mealakukan sholat dan melaksanakan amalan-amalan didalamnya baik yang wajib maupun yang sunnah. Artinya, shalat dengan konsentrasi batin dan rendah diri dengan mengikuti cara yang dicontohkan Rasulullah dan membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah dalam shalat kedalam kehidupan sehari-hari. Azra, Azyumardi [ Ensiklopedi Islam Jilid 1, Jakarta ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, Mani’ bin Hammad al-Jahni, Al Mausuah al Muyassarah fil Adyan wal Madzahib wal Ahzab al Muashirah, Riyadl Darun Nadwah al Alamiyah, 1418H, keluar wilayah untuk berdakwah dengan jumlah waktu yang telah ditentukan seperti 4 bulan, 40 hari, seminggu, dls. Azra, Azyumardi [ /Http/Jamaahtabligh/MeandMyMind/JamaahTablighDanDakwah./html/ 15/03/2016 Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 7 3 Al Ilm wa al Dzikr, Yang dimaksud dengan Al Ilm adalah bahwasanya semua petunjuk yang datang dari Allah telah diperlihatkan pada diri Rasulullah. Sedangkan Al Dzikr yaitu senantiasa mengingat kebesaran Allah. 4 Ikramul Muslimin Memuliakan sesama Muslim, Menunaikan kewajiban pada sesama muslim tanpa menuntut hak kita ditunaikannya. Yaitu dengan cara; Mendakwahkan pentingnya ikramul muslimin, Latihan dengan memberi salam kepada orang yang dikenal maupun yang tidak dikenal menghormati yang tua, menghargai yang sesama, menyayangi yang muda, Berdoa kepada Allah agar diberi hakikat ikrakul muslimin. 5 Ikhlas, Membersihkan niat dalam beramal, semata-mata karena Allah. Yaitu dengan cara; Mendakwahkan pentingnya tashihun niyah, latihan dengan mengoreksi niat sebelum, saat dan setelah beramal, berdoa kepada Allah agar diberi hakikat tashihun niat. 6 Dakwah dan tabligh khuruj fii sabiilillah, Dakwah dan tabligh adalah dengan memperbaiki diri, yaitu menggunakan diri, harta, dan waktu seperti yang diperintahkan Allah. Dan menghidupkan agama pada diri sendiri dan manusia di seluruh alam dengan menggunakan harta dan diri Jamaah Tabligh mengajarkan bahwa taklid pada mazhab tertentu wajib hukumnya. Dengan demikian, gerakan ini berpendapat bahwa pintu ijtihad telah tertutup, karena sekarang ini tak ada ulama yang mampu melaksanakan ijtihad sehingga digelari mujtahid. Jamaah ini banyak terpengaruh dengan tarikat-tarikat sufi yang ada di India. Oleh karena itu ada diantara ajaran-ajarannya yang bersumber dari ajaran tarikat sufi, diantaranya kewajibah Baiah kepada syeikh, mengagung-agungkan syeikh dan Rasulullah SAW, dan memperbanyak amalan-amalan Prinsip dan Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh Markas internasional pusat tabligh adalah di Nizzamudin, India. Kemudian setiap negara juga mempunyai markas pusat nasional, dari markas pusat dibagi markas-markas regional/daerah yang dipimpin oleh seorang Shura. Kemudian dibagi lagi menjadi ratusan markas kecil yang disebut Halaqah. Kegiatan di Halaqah adalah musyawarah mingguan, dan sebulan sekali mereka khuruj selama tiga hari. Khuruj adalah meluangkan waktu untuk secara total berdakwah, yang biasanya dari masjid ke masjid dan dipimpin oleh seorang Amir. Orang yang khuruj tidak boleh meninggalkan masjid tanpa seizin Amir khuruj. Tapi para karyawan diperbolehkan tetap bekerja, dan langsung mengikuti kegiatan sepulang dari pengertian umum yang memahami dakwah secara salah sebagai tugas para alim ulama semata, gerakan ini berpendapat bahwa amar makruf nahi munkar adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah; dakwah bukan hanya kewajiban alim ulama melainkan juga kewajiban muslim awam. Oleh karena itu, gerakan ini kurang nyaman dengan kegiatan-kegiatan dakwah seperti tabligh akbar, apalagi hal itu disatukan dengan acara-acara kesenian kali tiba di suatu daerah, mereka pertama-tama melakukan Jaulah Khususi, yaitu mengunjungi ulama setempat; baru kemudian mereka mengadakan Jaulah Umumi, yaitu mengunjungi rumah-rumah penduduk dan mengajak mereka ke masjid setempat. Kemudia kegiatan diisi dengan ta'lim membaca hadits atau kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana Zakaria, bayan, mudzakarah menghafal 6 sifat sahabat, karkuzari memberi laporan harian pada amir, dan musyawarah. Selama masa khuruj, mereka tidur di Mani’ bin Hammad al-Jahni, Azra, Azyumardi [ h. 267 Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 8 Ada beberapa prinsip yang selalu harus diingat oleh anggota jamaah dalam menjalankan dakwah selama khuruj, diantaranya 1 Dakwah harus dijalankan dengan Ikhlas dan hanya mengharap ridho Allah. 2 Anggota jamaah harus menghormati orang Islam yang lain, terutama para ulama. 3 Selama berdakwah, anggota jemaah diharuskan mempelajari ajaran gerakan dan selalu berusaha menjalankan ajaran itu. 3 Anggota harus menjahui perbuatan yang sia-sia dan sebaliknya memperbanyak ibadah seperti shalat sunnah. 4 Dalam member bayan, anggota diharapkan menggunakan kata-kata yang tepat, memberikan penjelasan yang menentramkan jiwa, dan dilarang bicara politik, menggunjing aib orang lain. 5 Penekanan bayan pada masalh kebesaran Allah, kepercayaan pada hari akhir, kewajiban shalat berjamaah dan kewajiban berdakwah. 6 Anggota harus bersabar bila mendapat sambutan yang tidak simpatik. 7 Kalau usaha dakwah gagal, kegagalan itu dianggap tidak terletak pada mereka melainkan pada pendengar yang masih enggan menerima kebenaran. 8 Anggota mengadakan evaluasi setiap selesai malakukan satu tindakan dakwah. Aktivitas Markas Regional adalah sama, khuruj, namun biasanya hanya menangani khuruj dalam jangka waktu 40 hari atau 4 bulan saja. Selain itu mereka juga mengadakan malam Ijtima' berkumpul, dimana dalam Ijtima' akan diisi dengan Bayan ceramah agama oleh para ulama atau tamu dari luar negeri yang sedang khuruj disana, dan juga ta'lim wa ta'alum. Setahun sekali, digelar Ijtima' umum di markas nasional pusat, yang biasanya dihadiri oleh puluhan ribu umat muslim dari seluruh pelosok daerah. Bagi umat muslim yang mampu, mereka diharapkan untuk khuruj ke poros markas pusat India-Pakistan-Bangladesh/IPB untuk melihat suasana keagamaan yang kuat yang mempertebal iman Metodologi Penelitian A. Bentuk Penelitian Oleh karena kajian ini merupakan kajian etnografi, maka metodologi yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif dengan analisa induktif. B. Tempat Penelitian Penelitian ini berlokasi di kota Mataram dengan pertimbangan bahwa markas pusat gerakan JT berada di kota Mataram iaitu di masjid at-Taqwa. C. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri. D. Sampel Data Sumber data utama dalam penelitian ini ialah hasil wawancara dan fenomena. Adapun data sekunder ialah dokumen-dokumen yang terkait dengan subjek penelitian. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik wawancara dan observasi dilakukan bagi memudahkan interaksi antara peneliti dengan kelompok yang menjadi objek penelitian. Adapun telaah dokumen diperlukan untuk melengkapi data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait fokus permasalahan. Sedangkan pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling sehingga memenuhi keperluan penelitian. Adapun jumlah responden yang akan diwawancara ialah minimal 21 orang. Adapun teknik observasi Azra, Azyumardi [ h. 267 Hakim, Abdul, Sudahkah Anda Mengenali Jama’ah Tabligh?, Jakarta Darul Qolam, 2003, Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 9 dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung segala aktivitas yang dijalankan oleh gerakan JT di Majid at-Taqwa Mataram. F. Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul maka langkah seterusnya adalah mengolah dan menganalisa data dengan cara menyusun data ke dalam kategori, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola lalu membuat kesimpulan sehingga mudah difahami. G. Tempo Penelitian Penelitian ini akan dijalankan selama enam 6 bulan mulai dari bulan Maret sampai bulan Agustus. IV. Penyajian dan Analisis Data A. Profil Jamaah Tabligh Jamaah Tabligh merupakan kelompok transnasional dakwah Islam yang didirikan pada tahun 1926M oleh Muhammad Ilyas di India. Kelompok ini melakukan gerakan dakwahnya dari kalangan bawah untuk merangkul seluruh kalangan masyarakat Muslim tanpa memandang status dan ekonomi. Selama dua dekade pasca dibentuk, gerakan ini telah berhasil menebarkan pengaruhnya di Asia Selatan sampai ke Asia Tenggara yang dipimpin oleh Maulana Yusuf putra Maulana Ilyas yang menjabat sebagai Amir. Di setiap negara Jamaah Tabligh memiliki markas mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah-daerah. Bahkan di daerah-daerah terdapat ratusan markas kecil yang biasanya dikenal dengan istilah halaqah dan halaqah ini terdiri dari sub halaqah kemudian mohalla masjid-masjid atau mushalla-mushalla. Secara struktural markas dakwah Jamaah Tabligh terstruktur seperti berikut Markas dunia Nizhamuddin > Markas negara > Sub markas daerah > Halaqah > Sub halaqah > Mohalla Masjid dan mushalla Halaqah merupakan ujung tombak aktivitas dakwah gerakan ini. Di sinilah program-program dakwah disusun baik program yang bersifat harian, mingguan maupun bulanan. Kegiatan harian antaranya musyawarah harian, taklim harian, zikir pagi dan petang dan amalan silaturrahmi. Adapun kegiatan mingguan berupa jaulah atau mengunjungi sesama Muslim dan berbincang tentang iman dan amal serta berusaha meningkatkan keimanan dan mempersiapkan diri untuk akhirat. Sedangkan kegiatan bulanan berupa khuruj keluar bersama-sama selama tiga hari ke masjid-masjid. Khuruj ini dimaksudkan untuk melakukan muhasabah diri dan mengajak orang lain agar berusaha meningkatkan iman. Selama khuruj biasanya ada empat aktivitas utama difokuskan. Pertama, dakwah kepada Allah ad-da’wah ila Allah. Kedua, belajar dan mengajar at-ta’lim wa at-ta’allum. Ketiga, zikir dan ibadah. Keempat, Khidmat melayani sesama Muslim. Semua aktivitas yang dilakukan sepanjang khuruj ini akan dilaporkan setiap hari kepada Amir. Aktivitas di markas regional tetap sama, hanya saja tempo khuruj lebih lama yaitu 40 hari sampai 4 bulan. Mereka juga mengadakan ijtima’ yang diisi dengan bayān oleh para ulama atau para tamu dari luar negeri yang sedang khuruj di sana dan juga ta’lim wa ta’allum. Biasanya gerakan ini mengadakan ijtima’ setahun sekali yang dihadiri oleh puluhan ribu umat Muslim di seluruh pelosok daerah. Adapun bagi Muslim yang mampu dianjurkan untuk khuruj ke markas pusat di India, Pakistan dan Bangladesh untuk melihat suasana keagamaan yang kuat untuk mempertebal iman. B. Landasan Utama Dakwah Jamaah Tabligh Ada enam asas atau landasan dakwah pergerakan Jamaah Tabligh yang dikenali dengan istilah enam sifat yaitu 1. Kalimah Thayyibah yaitu La Ilaha Illa Allah. Muhammad Rasul Allah. Sifat pertama ini bertujuan untuk mengeluarkan keyakinan kepada makhluk dari dalam hati dan menghiasinya Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 10 dengan keyakinan kepada Allah, supaya nanti ketika seseorang itu meninggal dunia dalam keadaan benar-benar beriman kepada Allah. Untuk mencapai sifat ini maka beberapa hal yang harus diamalkan yaitu berdakwah tentang pentingnya iman, latihan dengan cara membentuk majelis halaqah iman dan bersoa kepada Allah agar diberikan hakekat iman. 2. Shalat dengan khusyu dan khudhu’ yaitu shalat yang diiringin dengan penuh konsentrasi bathin dan merendahkan diri di hadapan Allah serta dilakukan sesuai dengan tuntunan Nabi Sifat ini bertujuan membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah yang ada dalam shalat ke dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendapatkan sifat ini perlu melakukan dakwah mengenai pentingnya shalat dengan khusyu, melakukan latihan dengan cara memperbaiki tertib zahirnya shalat mulai dari istinja’, wudhu, bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan dalam shalat, seterusnya menghadirkan keagungan Allah dalam hati ketika shalat. 3. Ilmu dengan zikir yaitu mengamalkan segala perintah Allah di setiap waktu dan keadaan dengan menghadirkan keagungan Allah dalam hati serta dilakukan sesuai dengan tuntunan Nabi Ilmu menurut gerakan ini terbagi menjadi dua yaitu ilmu fadha’il keutamaan amal dan ilmu masa’il hukum. Agar seseorang dapat memiliki ilmu fadha’il, maka hendaklah senantiasa berdakwah mengenai pentingnya ilmu fadha’il, melatih diri dengan memperbanyak halaqah ta’lim mengenai ilmu fadha’il, menghadirkan keutamaan amal dalam setiap amalan kemudian selalu berdoa kepada Allah. Adapun untuk memperoleh ilmu masa’il dilakukan dengan berdakwah akan pentingnya ilmu ini, latihan dengan cara sering duduk dalam halaqah ta’lim ilmu masa’il, bertanya kepada ulama tentang masalah dunia dan agama, berziarah kepada ulama dan senantiasa berdoa. Sedangkan untuk mebiasakan diri agar selalu zikir pada Allah maka perlu dilakukan dakwah tentang pentingnya zikir, latihan dengan cara konsisten membaca al-Qur’an setiap hari, zikir pagi dan petang, tasbih 100 kali sambil menghadirkan ke-Mahasuci-an Allah dalam hati, shalawat sebanyak 100 kali sambil menghadirkan perasaan betapa besar dan jasa Rasulullah kemudian istighfar sebanyak 100 kali sambil menghadirkan perasaan betapa banyak dosa-dosa kita dan betapa Allah Maha Pengampun, mengamalkan doa-doa masnunah dan adab-adabnya. 4. Memuliakan sesama Muslim ikramul Muslimin yaitu menunaikan hak-hak sesama saudara Muslim tanpa menuntut hak-hak kita dari mereka. Untuk mendapatkan sifat ini maka perlu dilakukan dakwah tentang pentingnya memuliakan sesama Muslim. Melakukan latihan dengan cara memuliakan ulama, menghormati orang yang lebih tua, menghargai yang seusia dan menyayangi yang lebih muda, memberi salam kepada orang yang dikenal maupun yang tak dikenal, bergaul dengan orang-orang yang berbeda watak serta berdoa. 5. Memperbaiki atau membetulkan niat tashihun niyyah yaitu membesihkan niat dalam setiap amal dari niat-niat lain kecuali hanya untuk mendapatkan ridha Allah Untuk memperoleh sifat ini harus dilakukan dakwah mengenai pentingnya ikhlas dan memperbaiki niat, melakukan latihan dengan melihat kembali niat kita sebelum beramal, ketika sedang beramal dan setelah beramal serta berdoa. 6. Dakwah dan Tabligh yang bertujuan memperbaiki diri yaitu dengan menggunakan harta dan diri sendiri sesuai dengan perintah Allah menghidupkan agama secara sempurna pada diri sendiri dan seluruh manusia dengan cara Rasulullah Untuk merealisasikan tujuan ini maka perlu dakwah mengenai pentingnya dakwah dan tabligh, melakukan latihan dengan keluar di jalan Allah minimal 4 bulan seumur hidup, 40 hari setiap tahun 3 hari setiap bulan dan jam setiap hari kemudian berdoa. Enam sifat inilah yang kemudian dikembangkan oleh Jamaah Tabligh ke dalam pola dakwah dengan karakteristik yang berbeda dengan gerakan-gerakan atau kelompok-kelompok mainstream lain dalam Islam. Jamaah Tabligh lebih banyak memfokuskan dakwah mengenai keutamaan ibadah iman dan amal. Kelompok ini juga cenderung menghindari diskusi fiqih dan akidah untuk mengelakkan perpecahan umat. Ketika mengadakan ta’līm kelompok ini berusaha sebisa mungkin duduk merapat kepada nara sumber serta duduk berdempet-dempetan dengan pendengar lain sambil menunduk. Kegiatan Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 11 ta’lim biasanya dilakukan setiap selesai shalat fardhu di mana mereka secara bergantian akan membaca kitab-kitab khusus yang menjadi pegangan mereka. Jika mereka bermalam di suatu masjid, mereka akan memberikan ta’lim kepada Jamaah shalat dengan menyampaikan hadits atau ayat al-Qur’ân. Saat makan mereka berkumpul membentuk lingkaran mengelilingi talam dan mereka menggunakan tiga jari untuk menyuap nasi. Adab duduk tatakala makan adalah menduduki kaki kiri dan kaki kanan dalam posisi seperti jongkok. Mereka tidak pernah menyisakan apapun dalam piring mereka, meskipun itu sebutir nasi. Sebagian mereka hanya mempraktekkan cara makan ini tatkala di luar rumah, namun bila mereka berada di rumah mereka makan seperti umumnya orang lain makan, dengan lima jari atau menggunakan alat bantu makan, dan duduk bersila atau di atas kursi. Dalam perilaku sehari-hari membudayakan salam merupakan aktifitas yang selalu diutamakan oleh Jamaah Tabligh bukan saja terhadap sesama anggota tetapi juga terhadap sesama Muslim. Dalam berkomunikasi, Jamaah Tabligh selalu menghiasi tutur kata dengan kalimat-kalimat yang baik seperti Ma sya Allah, In sya Allah, subhanallah, Allahu Akbar, al-hamdu lillah. Mereka juga senantiasa bersikap tawadhu’, sopan dan menghargai pendapat orang lain. Dari segi penampilan, pengikut gerakan Jamaah Tabligh memiliki ciri khas yang mudah dikenali. Mereka biasanya memakai baju separas lutut yang sebenarnya merupakan pakaian khas masyarakat India yang dikenali dengan istilah Afghan cloths, bersorban, memakai celana di atas mata kaki. Mereka juga kerap menggunakan celak dan parfum bebas alkohol. Bagi para wanita pula mereka menutup seluruh anggota badan kecuali wajah dan telapak tangan dalam setiap aktivitas. Mereka senantiasa memakai sugi/siwak Ketika berjalan, golongan ini cenderung menundukkan kepala bagi menghindarkan pandangan mata yang membangkitkan syahwat. Karakteristik dakwah yang dimiliki oleh Jamaah Tabligh ini ternyata mampu menarik banyak orang untuk menyertai gerakan ini. Walaupun secara statistik sukar untuk memastikan jumlah anggota Jamaah Tabligh di Lombok, namun dapat dipastikan jumlah anggota gerakan ini senantiasa bertambah setiap tahun. Menurut salah satu responden, setiap malam Jumaat terdapat lebih dari orang yang ikut melakukan ijtima’ di masjid raya at-Taqwa Mataram. Jumlah ini cukup untuk menggambarkan betapa gerakan ini memiliki pengaruh yang cukup luas di kalangan masyarakat Muslim pulau Lombok. Secara umum metode dakwah yang diterapkan oleh Jamaah Tabligh dapat disimpulkan sebagai berikut 1 Metode tabsyīr yaitu menyampaikan kabar gembira dalam bentuk keutamaan-keutamaan amal kebaikan. Dalam hal ini Jamaah Tabligh cenderung mengutip hadis-hadis yang membicarakan ganjaran pahala kebaikan dan surga. 2 Metode uswah/teladan yaitu dengan memberi contoh perilaku dan amalan Nabi baik dalam tutur kata, sikap dan perbuatan keseharian. 3 Metode Tasykīl yaitu Usaha untuk mengajak orang lain dengan memberikan pencerahan agar dapat meluangakan waktu di jalan Allah 4 Metode Jaulah door to door yaitu berkeliling menemui orang banyak dari rumah ke rumah agar taat kepada Allah. 5 Metode Ta’līm dan bayān yaitu majelis pencerahan untuk menjelaskan kelebihan-kelebihan amal dan tujuan menjalankan tabligh. C. Dampak Dakwah Jamaah Tabligh terhadap Pembangunan Masyakarat Muslim Melihat karakteristik dan metode dakwah yang dijalankan oleh Jamaah Tabligh, sukar untuk membayangkan kelompok dapat memainkan peranan yang lebih aktif dalam membangun masyarakat Muslim terutama dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Hal ini karena 1. Dasar pemikiran kelompok ini cenderung tertutup dan bersifat “tasauf amali” yang hanya tertumpu kepada iman dan fadhailul amal, sedangkan masyarakat Muslim Lombok belakangan ini cenderung bersifat terbuka terutama kaitannya dengan pemikiran-pemikiran keagamaaan. 2. Dari aspek politik, gerakan Jamaah Tabligh nampaknya juga sukar untuk memainkan peranan lebih jauh dalam membangun masyarakat Muslim karena gerakan ini sama sekali tidak memiliki ghirah politik bahkan cenderung menjaga jarak dengan dunia politik apalagi bicara tentang khilafah Islam. Sikap gerakan ini jauh berbeda dengan situasi perkembangan Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 12 politik di daerah-daerah termasuk pulau Lombok terutama setelah pemberlakuan otonomi daerah. 3. Begitu juga dari aspek ekonomi, doktrin-doktrin mengenai nilai-nilai ekonomi Islam di tengah-tengah serangan badai hedonisme, kapitalisme dan sosialisme tidak nampak sedikitpun dalam visi dakwah Jamaah Tabligh. Sementara pemerintah daerah pada hari ini sedang berupaya melakukan “Islamisasi” terhadap beberapa komponen ekonomi seperti keuangan dan pariwisata. 4. Dari aspek pelestarian adat pula, gerakan Jamaah Tabligh seakan-akan bersikap acuh tak acuh dengan adat budaya serta kearifan lokal yang ada pada masyarakat setempat. Misalnya dari segi berpakaian, kelompok ini lebih mengutamakan pakaian ala “Afghan clothes” di banding memakai batik apalagi pakaian adat. Sementara masyarakat Lombok adalah masyarakat “taat adat” yang senantiasa menjaga menjaga dan melindungi kelestarian adat. Namun demikian tidak bermakna bahwa gerakan ini tidak menancapkan pengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat. Justru dalam konteks masyarakat Lombok gerakan ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan spiritual tidak hanya di kalangan masyarakat kelas bawah tapi juga kelas menengah dan atas. Bahkan di kalangan elit masyarakat terutama pejabat tidak sedikit yang kebijakan-kebijakannya dipengaruhi oleh doktrin Jamaah Tabligh. Sebagai contoh H. L. Bakri seorang birokrat dan politisi yang pernah menjabat sebagai Plt. Bupati Kabupaten Lombok Utara pernah membuat suatu kebijakan khusus yang dinamakan Out Bond Spiritual OBS dengan mewajibkan para pejabat di lingkungan pemerintah daerah Kabubaten Lombok Utara untuk khuruj selama tiga hari ke masjid-masjid. Walaupun Jamaah Tabligh bersikap “anti” terhadap dunia politik namun gerakan ini telah mampu menanamkan doktrinnya kepada tokoh agama, pejabat dan politisi. Di samping itu, dari aspek ekonomi dan gaya hidup Jamaah Tabligh telah mampu merubah pola hidup yang hedonis menjadi religius. Dari beberapa pernyataan responden yang penulis temui mengakui bahwa setelah bergabung dengan Jamaah Tabligh mereka merasakan perubahan yang amat besar dalam kehidupan sehari-hari padahal hanya beberapa bulan mereka bergabung dalam jamaah ini namun mereka merasa memiliki kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Adapun dalam upaya melakukan Islamisasi terhadap sistem perekonomian nampaknya Jamaah Tabligh tidak memiliki upaya secara langsung ke arah itu. Berdasarkan analisa penulis, ada beberapa faktor mengapa dakwah ke arah Islamisasi ekonomi tidak dilakukan. Pertama, karena doktrin-doktrin yang menjadi landasan dakwah tidak sedikit pun menyentuh persoalan tersebut. Kedua, SDM di kalangan Jamaah Tabligh yang mengusai bidang ini sangat minim, karena berdasarkan strata pendidikan mayoritas masyarakat yang bergabung dengan gerakan ini berpendidikan SLTA ke bawah. Tetapi yang menarik adalah walaupun kelompok ini tidak mampu untuk memberi pengaruh terhadap Islamisasi ekonomi, ternyata mereka memilki ghirah yang kuat untuk mengetahui praktik-praktik ekonomi Islam serta berupaya untuk melepaskan diri dari praktik-praktik ekonomi yang bertentangan dengan Islam. Dari aspek sosial juga kehadiran Jamaah Tabligh setidaknya telah dapat mengurangi kejahatan di tengah-tengah masyarakat Lombok. Dari beberapa responden yang penulis temui terdapat beberapa di antaranya mengakui bahwa sebelum bergabung dengan Jamaah Tabligh mereka memiliki latar belakang kehidupan yang “gelap” ada di antara mereka yang pernah menjadi pencuri, perampok dan pecandu narkoba. Namun setelah bergabung dengan Jamaah Tabligh mereka merasakan perubahan yang amat besar dalam kehidupan mereka yang kini tidak lagi akrab dengan dunia gelap tapi justru menjadi pecinta ibadah. Di samping itu, gerakan Jamaah Tabligh juga telah mampu menghidupkan kembali suasana ibadah khususnya shalat berjamaah di beberapa masjid. Pengaruh ini sangat penting bagi masyarakat di pulau Lombok mengingat Lombok dikenal sebagai pulau seribu masjid. Berdasarkan pengamatan penulis, terdapat beberapa masjid di pulau Lombok yang sebelumnya “tidak hidup” dengan aktivitas ibadah kini menjadi “hidup” setelah dipengaruhi oleh Jamaah Tabligh seperti, Masjid di dusun Gelogor, desa Lendang Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 13 Nangka, Lombok Timur, Perampuan Lombok Barat, Sekotong, Genggelang Lombok Utara, dusun Lekok Lombok Utara dan lain-lain. Secara umum, terdapat beberapa pencapaian yang telah dihasilkan oleh gerakan Jamaah Tabligh dalam membangun masyarakat Muslim di Lombok antaranya 1 Keberhasilan Jamaah Tabligh mempengaruhi golongan elit terutama di kalangan pejabat memberi dampak yang cukup besar terhadap upaya membangun sistem pemerintahan yang “Islami” seperti yang terjadi di Kabupaten Lombok Utara. 2 Hedonisme yang menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan terutama golongan kelas menengah Masyarakat semakin berkurang. 3 Masyarakat semakin gemar melakukan amal ibadah terutama dalam melaksanakan Shalat berjamaah. 4 Peningkatan jumlah Jamaah mesjid sehingga semakin hari masjid semakin hidup makmur yang dengan sendirinya berdampak pada peningkatan ukhuwah islamiyah dan silaturahmi. 5 Suasana keislaman di masyarakat mulai hidup di mana tingkat kenakalan remaja semakin berkurang. 6 Semangat menggali pengetahuan keislaman semakin tinggi Penulis juga menemukan beberapa kesan negatif dari pergerakan tabligh antaranya ialah 1. Doktrin gerakan ini terlalu fokus kepada ibadah individual dan tidak begitu peduli dengan ibadah-ibadah sosial. 2. Menurut gerakan ini Islam dimaknai terlalu sederhana seolah-olah Islam tidak bicara tentang ekonomi, politik dan kekuasaan. 3. Pengabaian terhadap kehidupan keluarga terutama isteri dan anak-anak yang ditinggalkan dakwah. Penulis telah menemukan beberapa kasus terkait pengabaian terhadap keluarga dengan menemui salah seorang isteri seorang anggota Jamaah Tabligh di Rembiga, Mataram yang menyampaikan keluh kesahnya karena dia dan anak-anaknya ditinggal oleh suami berdakwah tanpa memberikan nafkah selama berbulan-bulan. Bahkan si isteri tersebut mengancam untuk menggugat cerai suaminya. 4. Penulis menilai bahwa kasus seperti ini tidak terjadi secara kebetulan dan bukan kasus pengecualian yang harus diabaikan. Kasus meninggalkan anak isteri di rumah tanpa memberi nafkah memiliki justifikasi yang kuat bagi kalangan Jamaah Tabligh antaranya a Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya dan anaknya Nabi Ismail di tengah gurun dimana Allah-lah yang mencukupi rizkinya, b Isteri yang ditinggal dirumah oleh suami yang sedang berdakwah tidak seberapa penderitaannya dibanding ketika berada di alam kubur sendiri. c Kepergian suami berdakwah di jalan Allah jauh lebih besar manfaatnya daripada pergi meninggalkan rumah untuk melakukan maksiat. Justifikasi seperti inilah yang kadang membuat isteri harus rela ditinggal suaminya berbulan-bulan untuk berdakwah walaupun menjalani hidup tanpa nafkah. Respon Masyarakat Kehadiran Jamaah Tabligh yang mengembangkan doktrin berbeda dengan kelompok-kelompok mainstream di pulau Lombok tentu menimbulkan respon dan tanggapan yang beragam dari masyarakat. Secara umum penulis dapat membagi respon tersebut ke dalam tiga kategori 1. Menolak Kelompok yang menolak gerakan Jamaah Tabligh ini menilai bahwa Jamaah Tabligh meruakan pelaku bidaah karena menggunakan hadis-hadis dhaif dalam beramal. Bahkan gerakan ini juga dianggap sesat dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Selain karena alasan di atas, Jamaah Tabligh juga di anggap sebagai kelompok yang sering menelantarkan keluarga terutama istri dan anak-anak di rumah. 2. Menerima dan bergabung. Kelompok yang tertarik dengan dakwah Jamaah Tabligh bahkan terlibat secara langsung dengan program-program yang diadakan oleh kelompok ini serta ikut serta dalam kegiatan dakwah. Mereka yang menerima aktif ini dapat dikategorikan dalam tiga latar belakang a Golongan yang memang sudah menjalankan ibadah Islam dengan baik namun kemudian merasakan kelezatan iman yang lebih tinggi saat mengikuti kegiatan dakwah Jamaah Tabligh. b Golongan yang masih labil pelaksanaan ajaran Islam yang kemudian termotivasi karena selama pergaulannya dengan anggota Jamaah Tabligh mengalami peningkatan keislaman dan keimanan. c Golongan yang sama sekali tidak Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 14 mengamalkan ibadah atau ajaran Islam dan bahkan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam yang kemudian selama pergaulan dengan anggota Jamaah Tabligh mengalami pencerahan spiritual. 3. Menerima tapi tidak mau bergabung. Kelompok masyarakat yang merasa nyaman dengan kehadiran Jamaah Tabligh bahkan selalu hadir dalam setiap kegiatan yang diadakan namun tidak ikut serta dalam berdakwah. 4. Acuh tak acuh. Ini adalah golongan yang baginya ada atau tidak Jamaah Tabligh di daerahnya dia tidak ambil pusing, tidak menolak dan tidak menerima, dan tidak memberikan komentar dan respon apapun. V. Kesimpulan Demikianlah gambaran ringkas mengenai profil, doktrin dan pengaruh Jamaah Tabligh terhadap pembangunan masyakat Muslim di pulau Lombok. Menurut pandangan penulis, Jamaah Tabligh merupakan gerakan yang sejalan dengan doktrin ahlus Sunnah Wal-Jamaah hanya saja ajarannya tidak menyeluruh dan tidak komperhensip. Ini karena gerakan ini tidak memberi penekenan terhadap persoalan politik, ekonomi dan sosial. Bahkan ketika persoalan ini ditanyakan kepada responden mereka menjawab dengan jawaban yang hampir sama yaitu Rasulullah s. a. w. tidak pernah berpolitik dan tidak terlibat dengan pemilu atau pilkada. Begitu tentang persoalan mengenai sistem ekonomi, perundang-undangan dan tata negara mereka menjawab bahwa ketika seseorang sudah memiliki iman dan amal yang kuat maka dengan sendirinya segala bentuk perintah dan larangan Allah akan ditaati oleh mereka yang benar-benar yakin dengan Allah dan hari Kiamat. Namun demikian, dari aspek amalan dan akhlak, Jamaah Tabligh memiliki militansi yang amat tinggi terutama dalam menjalankan ibadah shalat berjamaah. Demikian pula dengan akhlak ketika berdakwah, mereka tidak mengenal kata bosan, bahkan mereka sanggup membalas cacian dari orang-orang yang tidak suka dengan kehadiran mereka dengan senyuman dan penuh kerelaan. Inilah yang menjadi daya pemikat kelompok ini sehingga tidak sedikit dari masyarakat berbagai kalangan yang ikut bergabung. Pengaruh yang ditanamkan oleh gerakan ini terhadap masyarakat Muslim di pulau Lombok tidak lah kecil terutama dalam membangun moral dan spiritual. Beberapa masjid yang pada awalnya sunyi kini menjadi hidup, individu yang pada awalnya hidup dalam dunia gelap kini telah kembali menemukan jati dirinya. Inilah contoh-contoh pencapaian yang dihasilkan oleh gerakan Jamaah Tabligh dalam membangun moral dan spritual masyarakat. Tetapi walaupun usaha ke arah pemantapan iman dan amal yang dilakukan oleh kelompok ini memiliki kekuatan tersendiri untuk mendorong kekuatan akidah. Namun, dalam konteks hari ini penulis menganggap kelompok ini perlu menganalisa kembali doktrin-doktrin yang dianut agar dapat memberikan kontribusi yang lebih luas lagi dalam skop dan perspektif masa kini. Oleh karena itu penulis menyarankan agar Jamaah Tabligh sebaiknya tidak hanya fokus kepada kajian-kajian hadis dan al-Qur’an secara literal saja, tapi hendaklah diperluas lagi skop dan cakupannya dengan mengkaji sumber-sumber sekunder lainnya yang dihasilkan oleh para ulama yang memahami tentang kandungan al-Qur’an dan Sunnah. Misalnya kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadis, atau kitab-kitab yang mengusung tema-tema kontemporer yang sejalan dengan pemikiran Islam. Sumber-sumber seperti ini harus lah disebar di tengah masyarakat dengan mengusung tema-tema yang dapat memberi kontribusi ke arah pemantapan akidah dalam segala aspek. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 15 DAFTAR PUSTAKA Al- Qur’an dan Terjemah. Abu Syadi. Syeikh Ayman. Nadzarah ilmiyyah di ahlit tabligh wad da’wah, Maktabah al-Majallat al-Arabiy Cairo. Aziz, Muhammad Ali. 2009. Ilmu Dakwah. JakartaKencana. Azra, Azyumardi [ Ensiklopedi Islam Jilid 1, Jakarta ichtiar Baru Van Hoeve, 1996. Anshari, Furqan Ahmad. 2000. Pedoman Bertabligh Bagi Ummat Islam. Yogyakarta Ash-Shaff. Benda harry J. et al Penyt.. 1974. Islam di Indonesia Sepintas Lalu Tentang Beberapa Segi. Jakarta Tintamas Indonesia. Darussalam dkk. 2011. Dakwah Jemaah Tabligh, Salatiga, STAIN Salatiga, 2011. Esposito John L. Islam dan Pembangunan terj. Sahat Simamora. 1992. Cetakan ke-2. Jakarta PT. Rineka Cipta. Haekal, Muammad Husain. 1982. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta Tintamas. Hakim, Abdul, 2003. Sudahkah Anda Mengenali Jama’ah Tabligh?, Jakarta Darul Qolam. Jurjis. 2001. Perilaku Berdakwah Jamaah Tabligh. Proposal. Makassar Pascasarjana Universitas Negeri Makassar. Krishnamurthi, Y. Bayu. 1994. Metode Penulisan Sosial Ekonomi. Jakarta Dirgutiswa Dirjen Pendidikan Tinggi. Leeman. Albert. 1989. Internal and external factor of socio-cultural and socio-economic dynamic in Lombok, Zurich Universitat Zurich. Manshur, Maulana Muhammad. 2000. Masturah Usaha Dakwah di Kalangan Wanita. Bandung Pustaka Ramadhan. Mahbub ul Haq .1995. Reflection of Human developement. New York. Oxford of University Press. Maulana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi. 2006. Himpunan Fadhailul A’mal, terj. Abdurrahman Ahmad, Yogyakarta As-Shaf. Maulana Sayid Muhammad Syahid, 2003, Menjawab kritikan atas kitab Fadhailul A’mal, Bandung Pustaka Dai. Maulana Wahiduddin Khan, Tabligh Movement, New Delhi The Islamic Center, 1997 Moleong, Lexy J. 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT Remaja Rosdakarya. Mulkhan, Abdul Munir. 2000. Neosufisme dan Pudarnya Fundamentalisme di Pedesaan. Yogyakarta UII Press. Mani’ bin Hammad al-Jahni, Al Mausuah al Muyassarah fil Adyan wal Madzahib wal Ahzab al Muashirah, Riyadl Darun Nadwah al Alamiyah, 1418 H Rusdi Muhtar. Teknik Penulisan Ilmiah Bidang IPS Modul Diklat Fungsional Penulis Tingkat Pertama. Cibinong Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Penulis Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. 2007 Syeikh Mulana Muhammad Yusuf al-kandahlawi yang disusun kembali oleh Maulana Muhammad Saad al-Kandahlawi, 2006. Muntakhab Ahadits Dalil-dalil pilihan enam sifat utama, Yogyakarta As-Shaf. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 16 Sayyid Abul Hasan Ali Nadwi, Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulana Muhammad Ilyas Asshaf, 1999, Suprayitno, Aktivitas Jamaah Tablgih Di Medan Dalam Transformasi Nilai-Nilai Agama Islam Pusat Penulisan IAIN Sumatera Utara Medan 25 Juni 2007. Suparta, Munzir, dan Hajani Hefni, ed. Metode Dakwah. Jakarta Kencana 2006. Yunus, Mahmud dan Muhammad Qasim Bakry. 1930. Al-Qāmūs al-Zahabiy. Mesir Al Mathba’ah Al-Rahmaniyah. ... In the village of Nizamuddin, India, the Tablighi Jamaat has a mosque as a tabligh center surrounded by four guardian graves. From there, the Da'wah of the Tablighi Jamaat spread to Pakistan, Bangladesh, and East Asian countries worldwide Abdillah, 2018. In Indonesia, the entry of the Tablighi Jamaat consists of several versions. ...... From the cultural aspect, cultural rituals shown through practice and clothing illustrate that the Lombok people, besides being religious, are also very obedient to customs and culture. The obedience of the Lombok people in this culture can be seen in various aspects, including religion Abdillah, 2018. ...Irpan IrpanThe purpose of the study was to determine the driving factors for the acceptance process of the Lombok Muslim community towards the da'wah of the Tablighi Jamaat. This is based on the reality of da'wah, which shows a movement against the activism of transnational da'wah movements. The research was conducted through a qualitative approach—data collection techniques through participant observation, unstructured interviews, and documentation. Data analysis follows the stages of the Miles, Huberman, and Saldana interactive model. The study's results stated that the acceptance of the Lombok Muslim community towards the Tablighi Jamaat was due to the good social interaction between the Tablighi Jamaat community and the Lombok Muslim community. Including strengthening teachings, namely the importance of reviving the sunnah of the prophet, conveying greetings, the essence of brotherhood, the urgency of praying in congregation, and turning on the knowledge assembly. The da'wah approach is carried out through distance or friendship and the attitude of glorifying others Ikram. The communication used is empathic and persuasive. The implication of the research shows that all levels of society can reasonably respond to da'wah politely and with a noble purpose. In addition, at a particular stage, the mindset and behavior of the community can be formed in carrying out Amar makruf nahi munkar.... Pada tahun 1954 Jamaah Tabligh sudah mengalami kemajuan, dan pada tahun 1970 sudah menyebar diberbagai wilayah Indonesia sampai sekarang. Penyebaran jamaah tabligh di Indoneisa pada awalnya hanya berbentuk satu syura, kemudian seiring waktu berpecah dalam dua kubu 1 Kubu Cecep Firdaus bermarkas di Kebun Jeruk; 2 kubu Muslihuddin Jafar yang bertempat di Madjis al-Muttaqin Ancol Abdillah, 2018. ...Mawardi MawardiHadis merupakan ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat Rasulullah Saw. Dalam Islam, hadis mempunyai peran penting sebagai norma dalam membentuk hokum. Social, dan budaya. Oleh karena posisinya yang sangat menentukan setelah AlQuran, semua umat Islam berupaya menjadikan hadis sebagai legalitas tindakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk menjadikan hadis sebagai legalitas ideology keagamaan. Kajian ini focus pada hadis dikalangan jamaah tabligh dengan menelaah dari proses pembentukan hokum hingga legaltas ideologis. Persoalan penting dalam kajian ini, bagaimana jamaah tabligh memahami hadis untuk diterapkan dalam kehidupannya? Dan bagaimana penginternalisasi hadis dalam menegosiasikan social jamaah dengan norma-norma yang dijelaskan dalam hadis? Dari kajian ini didapakan bahwa jamaah tabligh menjadikan hadis sebagai Sunnah yang hidup dalam keseharian. Penggunaan pakaian gamis merupakan bentuk nyata dari upaya menghidupkan Sunnah. Dalam hal ini, telihat bahwa proses penginterasian terlihat kreativitas jamaah terhadap model pakaian yang digunakan... "Sacrifice" As Form of DakwahHarifuddin Halim 1 , Ahmad Usman 2 , Asmirah 3 , Muhammad Masdar 4 56 There are many studies on Jamaah Tabligh groups in various perspectives, such as research by Kurniati and Harifuddin on Jamaah Tabligh Da'wah Communication Abidin & Halim, 2019. Abdillah's research Abdillah, 2018 about the influence of the preaching of the tabligh congregation in development in Lombok, research by Ikbar, et al on the social cohesiveness of the Tabligh Jamaah group in Malang City Ikbar et al., 2019. However, research on the application of the concept of sacrifice in this group has not been done and it is interesting to explore and study. ...Harifuddin HalimAhmad UsmanAsmirah AsmirahMuhammad MasdarThis study aims to reveal the forms of sacrifice as a model of preaching carried out by members of the Tabligh group. They do this as a manifestation of their belief in the Islamic religion that they profess. This study used a quantitative method with a survey approach to the Tablighi group. This approach is appropriate in expressing one focus of study, namely sacrifice as a model for group da'wah. The data was collected using a questionnaire to 25 members of the Tabligh group related to the 'sacrifice' da'wah model they carried out. The results showed the form of sacrifice as a model of da'wah in their beliefs in the form of sacrifice of time, sacrifice of work, sacrifice of family, sacrifice of wealth, sacrifice of self, and sacrifice of feelings. They think all of these things are material that must be sacrificed to get a reward from Allah SWT.... Research on the elements of value education in the Tablighi Jamaat group as the substance of its mission Halim, 2011. Research on the influence of the Da'wah of the Tablighi Jamaat on the development of the Muslim community which reveals the success of its da'wah in changing the behavior of thugs into morals Abdillah, 2018. Based on these studies, it can be explained that the Tablighi Jamaat group has a good impact on Muslims, especially in improving behavior to become more moral. ... Harifuddin HarifuddinRasyidah ZainuddinMuhammad MasdarThis study aims to describe student perceptions regarding the model of the Tablighi Jamaat. To achieve this, this study uses a quantitative descriptive method with a survey approach. The population of this study was 500 students of the Faculty of Social and Political Sciences, Bosowa University, and the sample was determined to be 60 using quota sampling technique. The data collection technique used a research instrument with a Likert Scale technique. The data analysis technique used is frequency tabulation with percentage technique. The results showed as follows 1 The perception of FISIP students at the University of Bosowa towards the Da'wah model of the Tablighi Jamaat group was categorized as 'bad/low'. 2 The effectiveness of the da'wah model was classified as poor/low. The conclusion of this study is that the da'wah model of this group is bad, so it is suggested that this group should change their da'wah model and adapt to the current socio-cultural KarimThis paper aims to find out the practice of khuruj fi sabilillah as a Sufism movement run by Jamaah Tabligh and to know the style of the khuruj fi sabilillah movement from the perspective of the Islamic renewal movement in the city of Palembang. This research is field research with primary data sources from observation, interviews, and documentation. Meanwhile, in data analysis techniques, the authors use the method proposed by Miles and Huberman. This study found that the tablighi congregation presented a new typology in the Islamic renewal movement moderate radicalism with a Sufistic nuance. This study also found new facts, namely three periods of movement; the introduction period 1965-1985, consolidation period 1985-1992, and expansion period 1992-present. The teachings of Sufism carried out by Jama'ah Tabligh are believing in and realizing the essence of the sentence of thayyibah, khusyu' and khudu' prayers, knowledge, and remembrance, glorifying Muslims, improving intentions, and da'wah ilallah. This research is expected to make an academic contribution to the treasures of Islamic science, especially in the field of Sufism. It is expected to be able to enlighten the public about the Sufism movement or khuruj fi sabilillah, which the Tablighi Jamaat runs. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui praktik khuruj fi sabilillah sebagai gerakan sufisme yang dijalankan oleh Jamaah Tabligh serta mengetahui corak gerakan khuruj fi sabilillah perspektif gerakan pembaharuan Islam di kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan sumber data primer yang dihasilkan dari proses observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam teknik analisis data, penulis meggunakan metode yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Penelitian ini menemukan bahwa jama’ah tabligh menampilkan tipologi baru dalam gerakan pembaharuan Islam, yaitu radikalisme-moderat yang bernuansa sufistik. Penelitian ini juga menemukan fakta baru, yaitu tiga periodisasi gerakan; periode perkenalan 1965-1985, periode konsolidasi 1985-1992, dan periode ekspansi 1992-sampai sekarang. Adapun ajaran tasawuf yang dijalankan oleh Jama’ah tabligh ialah meyakini dan mewujudkan hakikat kalimat thayyibah, salat khusyu’ dan khudu’, ilmu dan zikir, memuliakan umat muslim, memberbaiki niat, dan dakwah ilallah. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis bagi khazanah ilmu keislaman khususnya di bidang ilmu tasawuf serta diharapkan mampu memberi pencerahan kepada masyarakat tentang gerakan sufisme atau khuruj fi sabilillah yang dijalankan oleh Jamaah Wahiduddin KhanMaulana Wahiduddin Khan, Tabligh Movement, New Delhi The Islamic Center, 1997Muhammad AzizAliAziz, Muhammad Ali. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta DkkDarussalam dkk. 2011. Dakwah Jemaah Tabligh, Salatiga, STAIN Salatiga, dan Pembangunan terj. Sahat Simamora. 1992. Cetakan ke-2L Esposito JohnEsposito John L. Islam dan Pembangunan terj. Sahat Simamora. 1992. Cetakan ke-2. Jakarta PT. Rineka Anda Mengenali Jama'ah Tabligh?Abdul HakimHakim, Abdul, 2003. Sudahkah Anda Mengenali Jama'ah Tabligh?, Jakarta Darul Penulisan Sosial Ekonomi. Jakarta Dirgutiswa Dirjen Pendidikan TinggiY KrishnamurthiBayuKrishnamurthi, Y. Bayu. 1994. Metode Penulisan Sosial Ekonomi. Jakarta Dirgutiswa Dirjen Pendidikan and external factor of socio-cultural and socio-economic dynamic in LombokLeemanAlbertLeeman. Albert. 1989. Internal and external factor of socio-cultural and socio-economic dynamic in Lombok, Zurich Universitat Usaha Dakwah di Kalangan WanitaMaulana ManshurMuhammadManshur, Maulana Muhammad. 2000. Masturah Usaha Dakwah di Kalangan Wanita. Bandung Pustaka of Human developementHaq Mahbub UlMahbub ul Reflection of Human developement. New York. Oxford of University Penelitian KualitatifLexy J MoleongMoleong, Lexy J. 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT Remaja Rosdakarya. 0% found this document useful 0 votes185 views13 pagesDescriptionjemaah tablighOriginal Titlejemaah tablighCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsTXT, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes185 views13 pagesJemaah TablighOriginal Titlejemaah tablighJump to Page You are on page 1of 13 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. This study aims to analyze the da'wah communication strategy of Jamaah Tabligh that includes planning, implementing and identifying agents of change in the Jamaah da’wah in sub-district of Tondo, Palu. The research used phenomenological method with interviews and observations as data collection techniques. The results showed that Jamaah Tabligh da’wah communication strategies include; first, planning with tafakud which means ensuring readiness. Second, the implementation of da'wah through khuruj emphasizes the practice of Intiqoli Amal Intiqoli and the practice of maqami Amal maqami. Third, the agents of change in the da'wah communication process are individuals and groups. The Agents referred to are ahbab karkun and amir. The role of the changer is to change morals to be praiseworthy according to the guidance of the Prophet Muhammad ini bertujuan menganalisis strategi komunikasi dakwah yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan mengidentifikasi agen perubahan dakwah Jamaah Tabligh di Tondo, Kota Palu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode fenomenologi dengan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi dakwah Jamaah Tabligh meliputi; pertama perencanaan dengan tafakud yaitu memastikan kesiapan. Kedua pelaksanaan dakwah melalui khuruj, dengan memperhatikan amalan Intiqoli dan amalan maqami. Ketiga, agen pengubah dalam proses komunikasi dakwah Jamaah Tabligh yakni individu dan kelompok. Agen pengubah yang dimaksud adalah ahbab karkun dan amir. Peran pengubah ialah merubah akhlak menjadi terpuji sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Received Agustus 2020. Accepted Oktober 2020. Published Desember 2020. The Da’wah Communication Strategy of Jamaah Tabligh in Sub-district of Tondo, Palu City Nuraedah1* & Mutawakkil2 12Universitas Tadulako Palu, Indonesia * ABSTRACT This study aims to analyze the da'wah communication strategy of Jamaah Tabligh that includes planning, implementing and identifying agents of change in the Jamaah da’wah in sub-district of Tondo, Palu. The research used phenomenological method with interviews and observations as data collection techniques. The results showed that Jamaah Tabligh da’wah communication strategies include; first, planning with tafakud which means ensuring readiness. Second, the implementation of da'wah through khuruj emphasizes the practice of Intiqoli Amal Intiqoli and the practice of maqami Amal maqami. Third, the agents of change in the da'wah communication process are individuals and groups. The Agents referred to are ahbab karkun and amir. The role of the changer is to change morals to be praiseworthy according to the guidance of the Prophet Muhammad SAW. Keywords Communication strategy; da'wah; Jamaah Tabligh. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi komunikasi dakwah yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan mengidentifikasi agen perubahan dakwah Jamaah Tabligh di Tondo, Kota Palu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode fenomenologi dengan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi dakwah Jamaah Tabligh meliputi; pertama perencanaan dengan tafakud yaitu memastikan kesiapan. Kedua pelaksanaan dakwah melalui khuruj, dengan memperhatikan amalan Intiqoli dan amalan maqami. Ketiga, agen pengubah dalam proses komunikasi dakwah Jamaah Tabligh yakni individu dan kelompok. Agen pengubah yang dimaksud adalah ahbab karkun dan amir. Peran pengubah ialah merubah akhlak menjadi terpuji sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Kata kunci Strategi komunikasi; dakwah; Jamaah Tabligh. Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies Volume 14 Nomor 2 2020 297-316 DOI ISSN 1693-0843 Print ISSN 2548-8708 Online Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316INTRODUCTION In sociological studies, religion has multifunctional roles. There are at least three functions of religion which includes maintaining public order, integrative function, and strengthening values Rojiati, 2019. With these functions, it is understandable that religion has always been a subject of discussion throughout history. One of the interesting studies related to religion is the da’wah movement of Jamaah Tabligh. According to Budimansyah, 2012, "Among Muslims who carry out a da'wah movement institutionally or organizationally is the Islamic Jamaah Islam Jamaah and Jamaah Tabligh. Da'wah invites people to obey Allah and His Messenger, as it was exemplified in the period of the prophet companions sahabat. In da’wah, the ruler does not need to step down from power. Da'wah efforts do not require a power or even remove the ruler from his throne. Da'wah only wants the ruler king to participate in promoting da'wah into the kingdom. A farmer, trader, student or officers, male or female, young or old, all can do da'wah Shahab, 200916. Da'wah activities comprise transmission and transformation of Islam's message arranged with a good plan, measurable target, and clear direction Rustandi, 2020 303. Historically, for decades, the history of da'wah shows the importance of carrying the practice in facing the varied dynamic of the da'wah object. Furthermore, in modern times, da'wah is not only increasingly important, but also requires strategy, a communication strategy that meet with current situations. The communication strategy allows a communication action to be carried out to reach the targets that have been designed as targets of change Herman, 2017. Da’wah is obligatory for all Muslim. There is no reason for a muslim to not doing da'wah unless one has died. The meaning of da'wah is wider than just delivering speech. Da'wah can be varied in accordance with each individual muslim ability. Qur'an mentions the obligation of da'wah for muslims in some verses. First, surah Fushsilat 33 Departemen Agama, 2005480, which says "Who is better in his religion than those who invite people to religion of Allah and doing good deeds and saying 'I am part of Muslims those who surrender to Allah". Second, Qur'an Surah Adz Dzaariyaat, [55] Departemen Agama, 2005523 "And keep giving warnings, because indeed the warnings are beneficial for the believers." Third, the Qur'an Thaahaa [132] 321 "And command your family to do salat and be patient in doing it. We do not ask for The Da’wah Strategy of Jamaah Tabligh in Sub-district of Tondo, Palu City Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316 sustenance for you, we provide it for you. And the good consequence is for the pious”. Fourth, Al-Quran Ali Imran, [110] 64 "You are the best of people who are expelled for the benefit of mankind, you command do to good and prevent from evil, and you believe in Allah." The position of human being as objects of da'wah, by seeing the importance of da'wah, can refer to Al Quranul Karim and the Prophet Muhammad SAW that order it as an obligation fardu. For Muslims who have ability, meet the requirements from the aspects of Iman faith, Islam, knowledge, and khuluki, then da'wah for him is Fardu Kifayah with the predicate Da'i. The second predicate is Fardu 'Ain which is applied for all Muslim individuals and is called Ra'in, because being ra'in can be implemented by any muslim, anywhere, and anytime. The da'i and Ra'in both are the subjects of da'wah Kafie, 199329-30. The subject of da'wah is important, apart from being a preacher, they also serve as communicator as well as a narrator. This means that the subject of da'wah is a person who has the ability to communicate and convey Islamic messages strategically. Research that relevant with and supporting this research can be seen in some writings related to communication strategies. For example, Sudarman, 2018 in his research concluded that the communication strategy carried out included planning, media selection, implementation, and evaluation. Furthermore, in his research on Hidayatullah da'wah communication strategy, Arifin, 2018 explained that the stages in the guidance activities carried out by the da'i Hidayatullah are the initial basis for determining the patterns and strategies that can lead community to their ideal goals. The stages include first, identification of the problem; second, the existence of an agent of change; third, media or channels; and fourth, role of the changer. Some relevant studies to the study of da'wah strategy of the Jamaah Tabligh includes the writing of Furqan 2015 regarding the role of the Jamaah Tabligh in the development of da'wah. This study suggests that the Jamaah Tabligh has a paradigm that preaching does not always have to be on the pulpit mimbar. Among the da'wah methods used is the Bayan method, which is the da’wah activity of the Jamaah Tabligh that emphasizes on delivering messages as well as building friendship silaturahmi. Another is a study from Subu et al. 2017 which discusses the da'wah strategy of the Jamaah Tabligh in the North Luwu Regency area. The results of this study indicated that the da'wah strategy carried out by Jamaah Tabligh in overcoming social conflicts used following ways. First, Jaulah, which means Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316visiting fellow Muslims, in order to reminding each other to remain obedient to Allah SWT. The second is Bayan, which means the da'wah strategy with tabligh or lecture activities. The third is Tasykil, which means inviting the conflict actors by encouraging them to spend time in the way of Allah and synergize with the government in creating conducive environment. Further research was conducted by Asror 2018 which discusses the da'wah strategy of the Jamaah Tabligh movement in Pancor City. In his research, he explained that the preaching of Jamaah Tabligh was growing rapidly and relatively did not causing conflict, even though the city of Pancor was dominated by Nahdlatul Wathan Islamic group. Based on the explanation above, this research focuses on the da'wah strategy of Jamaah Tabligh which from the aspects of planning, implementation, and existence of the agent of change in the continuation of the da'wah of the Jamaah. The type of research used is qualitative research, using the phenomenological method as it is usually applied in studying issues related to the value system, art, culture, history, and personal experience Sendjaja, 2011. The research was carried out in the mosques of the sub-district kelurahan of Tondo, Palu City, which became the Mahalla or place of activities of the Jamaah Tabligh. RESULT AND DISCUSSION The Existence of Jamaah Tabligh in Tondo Kota Palu Some people considered the existence of Jamaah Tablight as something unfamiliar in society. Many are wondered; what is Jamaah Tabligh? Some answered that they do not know, some answered they do know yet actually they do not. Some answered that they know it a bit. There are also those who are completely unable to explain, because of their limitations, even though they know. There are those who are able to answer correctly because they really know it. Until now, no one knows where does the naming of the Jamaah Tabligh came from. People will not find an identification board in front of the mosque in which they work. It is different from other organization or group such as Ahmadiyah and LDII which has secretariat, or Hizbut Tahrir who publishes an iconic magazine or bulletin or Khilafah magazine of Jamaah Khilafatul Muslim and Salafi magazine of salafi studies including as-sunnah, arrisalah, etc.. There are no letterheads bearing the “Tabligh” symbol, there is also no t-shirts, banners, leaflets, or radios that represent the group, as they normally have by a party Fahim, 20093. The Da’wah Strategy of Jamaah Tabligh in Sub-district of Tondo, Palu City Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316 Abu Muhammad Fahim added that one of Jamaah Tabligh's scholars ulama, Syech Maulana Tariq Jameel, in his lecture said "Don't say that we are the people of Jamaah Tabligh because these words divide Muslims". Maulana Saad Kandahlawi also informed that "Tabligh is not the name of a Jamaah but Tabligh is an act that must be carried out by all Muslims" Fahim, 2009 4-5. In less than two decades, Jamaah Tabligh has succeeded in its movement spreading to South Asia. Led by Maulana Yusuf son, Maulana Ilyas, as the second Amir, this movement began to develop its activities in 1946. Within 20 years, its spread had reached Southwest Asia, and Southeast Asia, Africa, Europe and North America. Once formed in a country, Jamaah Tabligh will start to mingle with local. Jamaah Tabligh entered Indonesia in 1952. From 1974 onwards, their movement began to appear intensively with its preaching center at the Kebun Jeruk Mosque, West Jakarta. Until now, the activities at the mosque are still active, and the place has become the center of coordination for the da'wah activities of all its members who are spread across various regions in Indonesia Aziz, 2004468-515. Yusron Razak 2008 in his dissertation stated that “Jamaah Tabligh is a transnational movement whose direction is not linear, directly touching countries with large Muslim populations. Jamaah Tabligh became a traditionalist religious movement which spread in Southeast Asia in 1952, starting from Malaysia, Singapore and then entering Indonesia, specifically in Medan. This can be seen from the inscription on the Al-Hidayah Mosque, the mosque of the Jamaah Tabligh community in Medan." With the formation of group of Jamaah Tabligh members rombongan jamaah, its spread has reached to every region in Indonesia including Palu. Supuani 2004 29 explained that the existence of the Jamaah Tabligh in Palu City started by the initiative of joined Jamaah from Singapore, Malaysia, and Indonesia in the 1980s. The jamaah anchored at Pantoloan Wani port, until it entered the city of Palu. The first figure who took part in the activities of the Jamaah Tabligh in Palu was Abdurahim. The activities were located at the Palu jami mosque located at Wahid Hasyim street. Furthermore, the activities of Jamah Tabligh began to develop, until finally they have their own base camp at the Awwabin Mosque which is located at Mangga Street. Supuani's notes proved that in less than ten years the spread of the Jamaah Tabligh movement has succefully managed to enter Central Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316Sulawesi. This is because the movement uses the Khuruj fii sabilillah method in the form of a group to come out for preaching in each area. In general, Jamaah Tabligh da'wah activities in all regions are almost the same, due to regulations and intensive meeting they hold. For example, a biennial international meeting attended by representations from each country. National meetings are held every four months, and every two months at the provincial level. As for the district level, the meeting is held once a month. The meeting discusses reports of da'wah activities in each of the representative areas Amin, 2012. The place for meeting or activity center of Jamaah Tabligh is called Markaz. Markaz tabligh is a mosque that is used as a center for activities of tabligh. There is only one markaz Tabligh in one area. For example, the markaz of the Indonesian Tabligh is in The Big mosque Masjid Raya of Kebon Jeruk, Jakarta. The Markaz Tabligh in Central Sulawesi is at the Awwabin Mosque, Mangga street. In the provincial markaz, Jamaah Tabligh has a protocol section called istiqbal, which functions to take care of guests outside the region who are performing khurûj or people who are interested in participating in activities held at Markaz. In addition, there is also a tasykil, which functions to monitor the development of da'wah groups in Halaqah and Mohalla, to manage the distribution of the target areas for da'wah. There is also khidmat, which functions in the preparation of logistics, both at Markaz and during khuruj. Then there is the i'lan, which is the the information section and there is also a wala pulpit which functions to guide events in the deliberation and discussions Razak, 2008 140-141. The change of each section is determined in the meeting and makes the mosque a place for all activities of Jamaah Tabligh. According to its location, the da'wah activities of Jamaah Tabligh are divided into two form, namely intiqoli and maqomi. Intiqoli is doing da'wah in other people's places or kampong or other areas by moving or by traveling jaulah or Khuruj fi sabilillah for a certain period. The visited people or place is expected to give a positive response, so that there is cooperation between the guest and local people, as was the cooperation between the Muhajirin and Anshor in Medina at the time of the Prophet Muhammad SAW. Meanwhile, maqomi is da'wah in each of the Jamaah Tabligh members' places. All worker is encouraged to spend several hours each day in touch with people around their respective places to preach religion. When they preach, there are two related terms of practice amal Infiradi and Ijtima’i. Infiradi is practice individually while ijtima'i is practice in groups The Da’wah Strategy of Jamaah Tabligh in Sub-district of Tondo, Palu City Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316 berjamaah. Likewise, in da’wah it can also be done through infiradi or ijtima'i Amin, 2012 42. In carrying out its da’wah activities in Tondo, Palu City, Jamaah Tabligh is known by several names. From the results of the analysis it can be explained that the naming of the Jamaah Tabligh is only a matter of labeling. The named group does not identify itself as Jamaah Tabligh. The name is given by community. If we look closely, there are other names can be found in the community. There are those who call it Jamaah Tabligh, Jamaah Jaulah, Jamaah Jenggot Beard Jamaat, Jamaah Kompor Stove and so on. However, the Jamaah Tabligh leaders consider it only a matter of naming. The informant further stated that the reason the community calls it as Jamaah Tabligh is because Jamaah means many or groups while tabligh means to convey. Indeed, the work of this group is to conduct da'wah or deliver religious matters in groups so that it is called Jamaah Tabligh. Based on the explanation above, the conclusion is that Jamaah Tabligh is a da'wah movement, where their movement is in the form of preaching tabligh and da'wah to convey religious teachings to every mankind in a group, known as Khuruj Fii Sabilillah. Based on observation, it can be explained that the activities of the Jamaah Tabligh in Palu are centered at the markaz of the Awwabin mosque on Mangga street. In addition, the jamaah can be identified by several distinctive characteristics. The most dominant characteristics of the Jamaah Tabligh includes practicing good deeds that are seen as part of the Sunnah of the Prophet Muhammad SAW, such as wearing a robe, wearing a turban or wearing a cap, using siwak, wearing loose pants celana cingkrang, and eating together. In addition, what is most visible to them is i'ttikaf stay for a period of time in the mosque and visit people's homes to invite them to prosper the mosque. It was also explained that the location of Jamaah Tabligh da'wah was not limited to Tondo. It is just that the Tondo area was seen as a potential area, even though the Jamaah initially received rejection, but gradually with their patience to preach, eventually Perdos residents living in Tondo sub-district was accepted the presence of the Jamaah Tabligh. Planning Strategy of the Jamaah Tabligh Da’wah The da'wah process of Jamaah Tabligh in Tondo, which start from rejection, acceptance, and development cannot be separated from the concrete steps of Jamaah Tabligh workers to continuously doing the Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316process. In this sense, the Jamaah Tabligh has certain strategies, starting from formulating the goals to executing the plan. As explained by Effendy Sudarman, 2019 44, strategy is basically planning and management in achieving a goal. However, strategy is not like a compass which only shows the cardinal directions, but it must be able to be presented in an operational picture. In other words, it can be concluded that the da'wah strategy is a comprehensive approach related to how da'wah activities can be carried out, from planning to executing activities within a predetermined period of time. Among the important things in the da'wah strategy of Jamaah Tabligh in Tondo are preparation, implementation, and important actors in the implementation of the da'wah. Achieving the objectives of da'wah effectively cannot be separated from a careful and measured planning process, starting from identifying problems and challenges, to the solutions to be used. Furthermore, Kayyo, 2007 explains that planning must answer at least six things; starting from what form of da'wah activities? What are the goals that will be achieved from the da'wah process? Where will the da'wah activities be carried out? When will the da'wah be carried out? Who will be involved? What technique will be used? In the strategic planning of Jamah Tabligh's da'wah, there are several important points. Among others is determining the time and duration of the da'wah activities. In relation to the initial process of da'wah planning, that is when a group of members are going to carry out da'wah or khuruj activities for a long period of time, planning begins with deliberation at the markaz. The deliberation is to determine when, who, and until when a khuruj da'wah is carried out. In addition, deliberation in each family are also carried out, to ensure the readiness of the family who will be left behind. Before going for khuruj, the Jamaah Tabligh workers must first pay attention to tafakud readiness in accordance with the duration of khuruj that will be spent, starting from 40 days, four months or one year. There are at least four things that must be prepared in advance. First, tafakud amal, which means preparing spiritual deeds to leave for khuruj; for example, istiqomah, pray five times in the mosque, sunnah prayers, read the Quran, dzikir and other acts of worship. This preparation aims to build the personal spirituality of each individual Jamaah Tabligh, before calling on others for being religious. Thus, tafakud amal is a process of internalizing spiritual values before transmitting them to others. Tafakud amal refers to The Da’wah Strategy of Jamaah Tabligh in Sub-district of Tondo, Palu City Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316 Al Baqarah verse 44; "Why do you tell other people to do worship services, while you are forgetting your obligations yourself, even though you read Al Kitab Taurat? Then don't you think? " Ar-Rahim, 20127. Second, the family tafakud tafakud keluarga, which asks for the readiness of the family to be left behind including the condition of the family and whether or not they are ready to be left. In addition, in the family tafakud process the Jamaah provides guidance, especially for women are encouraged to participate in the masturat, which means closed or veiled. In this guiding process, women are trained to be independent so that when she is left by her husband for the khuruj, she is ready and expected to be able to act as the head of family at home. The training or guiding process was inspired by at-Taubah verse 24 which means; "Say 'If fathers, children, brothers and sisters, your wives, your family, the wealth that you are working on, the commerce that you are concerned about the losses, and the place to live that you like, are to be loved more than Allah and than jihad in God's way, just wait until Allah brings His decision ". and Allah does not guide the fasik” Ar-Rahim, 2012190. Third, work tafakud tafakud pekerjaan, which means that when a Jamaah Tabligh member is leaving for khuruj, they need ensure that it is not disturbing their work. For example, for an office employee, one must get the permit or take time off. It also includes the muamalah issues such as personal debt and muasyarah relationship with relatives must be established. Fourth, tafakud amwal costs, meaning the readiness of saving an amount of money for the family and the readiness of costs to be carried out for khuruj. Khawiyu 201910 added that tafaqud amwal includes activities to prepare a certain amount of money to be used in carrying out da'wah as well as money to given to the wife to fulfill her needs during her husband khuruj. The preparation and planning above is an individual plan, which is generally carried out by all Jamaah Tabligh members. Meanwhile, the preparation and planning of dak'wah of Jamaah Tabligh in Tondo sub-district, started with the guidance and direction from the Jamaah at the Palu markaz, precisely on Jalan Mangga, to conduct da'wah in the Tondo urban village for three days. Then they invited the other Tondo people to go out for three days. So that the Tondo people who have been out preaching for three days will do the same thing as the process they did at the beginning. They then invited the people of Tondo who had the same vision and Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316mission to join in the da'wah. So that there were some residents of Tondo, both academics, office employees, students and the general public to join the activities. Subjects who participated in the initial period of preaching or those who come from student groups. The organizer of the da'wah strategy in sJamaah Tabligh is called karkun when it has been out for three days or it is called ahbab. They set the strategy for preaching or khuruj in Perdos. In its implementation, the planning strategy begins with secret da'wah. Initially, the preaching was started within students communities. This period is a new or early period in the preaching of Jamaah Tabligh in Tondo, it is concluded that the reformers in the Jamaah Tabligh movement in Tondo are students. The Implementation of Jamaah Tabligh Da’wah In the implementation of their da'wah, Jamaah Tabligh emphasizes persuasive approaches by, among others, internalising and then transmitting Islamic values. This approach is used based on an understanding that da'wah is a process of actualisation of islamic teaching. In accordance with the definition of da'wah described by Syamsudin as the actualization or realization of one of the original kondrati functions of a Muslim, that is the prophetic kerisalahan function in the form of a conditioning process so that someone or the community knows, understands, believes and practices Islam as a teaching and way of life. Because da'wah is part of the actualization, the da'wah of Jamaah Tabligh also features religious rituals in addition to the da'wah of tabligh or lectures that are usually carried out. Based on practices amalan, da’wah activities of Jamaah Tabligh include; first, the practice of intiqoli, meaning the practice of da'wah in other people or in other areas by moving or by traveling Jaulah or Khuruj fi sabîlillah for a certain period. The period used has been determined by taking the time divided into three days, 40 days; there are 40 days of walking, 40 ordinary days, 40 days of distant lands, then four months, there are four months of regular walking, four months of walking and four months to places further away Supuani, 2004 53. Khuruj fi sabilillah is spending total time preaching, which is usually from mosque to mosque and led by an Amir leader. The process of khuruj consists of various activities including taklim by reading Hadith and the stories of the companions that are sourced from the book Fadhailul Amal by Maulana Zakaria; Jaulah or visiting houses around the mosque to invite the residents to practice Islam The Da’wah Strategy of Jamaah Tabligh in Sub-district of Tondo, Palu City Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316 comprehensively. In addition, khuruj is also consists of bayan mudzakarah which consists of activities to memorising the attributes possessed by the companions of the Prophet. Another activity is karkuzari which means giving a daily report to the travel leader or amir. The last is meeting or deliberations to formulate further agenda as well as evaluate the completed activities during khuruj. Second, amalan maqami, which means the da'wah activity of the Jamaah Tabligh which focuses on Mohalla mosque of the Jamaah member in their respective homes Shahab, 2009 319. This activity emphasizes the practice of Maqami in order to make every karkun people joined the Jamaah Tabligh to realize the strength and maintain the practice of religion after returning from Khuruj Fisabillah. Ishaq Shahab explained that there are five Maqami practices that must be carried out when karkun returning from Khuruj Fisabilillah which includes deliberation meeting or daily thinking, silaturahmi at least hours every day, taklim at mosque and taklim at home, Jaulah I and Jaulah II. Jamah Tabligh in Tendo, carried maqami practices by prospering the mosques with islamic studies pengajian and jaulah. In the process, the practice of maqami is required to produce future cadres. As in the process, the practice of maqami in Tendo has been done in various places of activity, from office mosques to mosques in educational institutions. The first step in creating cadres is done by intensive jaulah and staying for three days in the nearest mosques, followed by organizing taklim, and deliberation with limited karkun. Soon after, after the practice of maqami was done continuously, it finally paid off, with the increase of Jamaah Tabligh sympathizers from academic group. It is can be seen from the participation of some important figures from Tadulako University with the Jamaah Tabligh. In addition to carrying amalan maqami to prospering the mosque, the regeneration process is being done through gathering activities. Other activities include khuruj as a way to get new khuruj cadres; the recruitment is started with silatuhrahmi, reading, taklim, and deliberation meeting. The development has grown quite fast as the Darul Hikmah and Babul Ulum mosques have composed separate group, without the help of other mosques. Regarding reading taklim, it can be seen from reading the hadith and stories of the prophet companions. These activities are expected to build strong religiosity that can strengthen their spirit and faith. Another important thing in the implementation of Jamaah Tabligh Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316da'wah is Taklim Wata'llum religious teaching. Taklim Wata'llum is a practice that is considered very important to be done, both in the mosque with congregations and at home with family. Taklim wata'llum in Jamaah Tabligh is divided into two ways, namely taklim fadhail and taklim masai'l. Taklim fadail is a kind of learning forum that studies the advantages fadhail in doing good deeds and the disadvantages of leaving them. Taklim fadail is emphasized in each da'wah worker karkun by living the practice in the mosque with congregation and in their respective homes with family. Taklim masai'l, meanwhile, is a kind of learning forum that studies the laws of religion by visiting ulama learn from them about the laws of religion. Jamaah Tabligh worker Karkun are also required to practice this taklim masai’l in order to know which ones are ordered by religion and which ones are prohibited, which ones are permitted by religion and which are forbidden. Another activity being done during khuruj for three days is giving religious lectures. According to Mahdi 2007 in every bayan or lecture, the first thing that is often conveyed is the importance of doing da'wah and tabligh. Another effort to encourage the karkun to be active in da'wah activities is to praise the new karkun - especially the young ones - with the words "subhanallah wa gratitude" and to embrace and talk intimately about their impressions when doing khuruj. The senior karkun also encourage the new karkun to continue to be istiqomah consistent in their da'wah and tabligh, to visit houses around the mosque by inviting residents into the Islam kaffah without coercion, memorizing the nature of prophet companions, and deliberation. During this khuruj period, the karkuns sleep in the mosque. Other practices include deliberation and jaulah. The development of the Jamaah Tabligh da'wah can be seen when a mosque creates its own group of khuruj. This indicates that the mosque has developed the amal da'wah of Jamaah Tabligh. Sakdiah 2017 stated that deliberation is one of the principles of managing many aspects of collective life in accordance with the Quran, including the life of da'wah. In this sense, all member of the community in their community life is required to always hold deliberation. In 2002, Jamaah Tabligh in Tondo Sub-district had not had an activity center for conducting deliberations which was called the Halaqah Sentral. The center of Halaqah functions as a meeting place for each da'wah worker in one area. The aims and objectives of deliberation in Jamaah Tabligh community is to consolidate the thoughts, suggestions, and methods of work, so that everyone is ready to accept and practice religion The Da’wah Strategy of Jamaah Tabligh in Sub-district of Tondo, Palu City Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316 perfectly. In this way, religion can manifest itself in the oneself, family, society. The ahbab/karkun of Jamaah Tabligh are very obedient to the decisions taken in the deliberations that are decided by the Amir musyawarah deliberation leader. The form of deliberation they conduct are divided into several forms of daily deliberation, halaqah deliberation, and monthly deliberation. Jaulah Silaturahmi in Jamaah Tabligh is the backbone of da'wah. Jaulah brings patience, tawadhu, sincerity, goodness and other qualities. Jaulah aims to build cooperation between mohalla or mosques to make the practice of maqami applied perfectly. Jaulah is carried out in every mohalla or mosque in Tondo, usually after Maghrib prayer and is held two times a week. The day of activity is determined during monthly deliberation. In order to carry out an effective jaulah program, it is recommended that the program followed by eight or more people. However, directions from the ulama of the Jamaah Tabligh said that, even though in one mohalla or mosque there is only one karkun, jaulah must go on. Jaulah consists of two groups, on group inside the mosque and another outside the mosque. The implementation of Jamaah Tabligh da'wah features a consolidating concept, meaning that the da'wah being carried out is the da'wah that emphasizes the principles of brotherhood. Da'wah like this takes the function of religion as an instrument of social glue. As has been emphasized by Comte Shonhaji 201217 who explained that religion creates consensus which in turn can become the glue between its believers. Agent of Change of Jamaah Tabligh In community, there are always individuals who become references as well as key actor of movement, they are usually called the Agent of Change. They are individuals or groups who are trusted as leaders whose presence is influential in the social life of society Soekanto, 1992 273. In Jamaah Tabligh, there are agents of change and key actors for the movement, both individuals and groups. They carry out their duties, including activities of community development and assistance. Based on the research result, it can be explained that the agent of chance of Jamaah Tabligh in Tondo is located in Mohalla which then forms halaqah. Halaqah is a term that has relevance to education, especially da'wah education or the teaching of Islamic values tarbiyah Islamiyah. The term halaqah circle is usually used to describe the activities of a small group of Muslims who regularly study Islamic teachings. Their number of Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316participants in the small group ranged from 3-12 people. In the process, the halaqah participants studies Islam with a certain curriculum and method. Usually the material and curriculum comes from community supervisors or leaders Karim, 2018. In halaqah there is Amir leader of Halaqah. Such leadership is very important, without a leader the religious process will not run properly. According to Effendi and Rustandi 2020, the presence of socio-religious groups is driven by the process of emerging leadership. In the community of Jamaah Tabligh, amir take the position of agent. It is because amir is usually the initiator of the halaqah as well as the policy holder for the development of karkun cadres. Agent in the Jamaah Tabligh community is not only emir individually. In practice, major changes are created in the karkun community. An example is the formation of a new halaqah that occurred in 2012. Initially the Halaqah Tondo had not been formed. The first Halaqah was active at the Istiqlal Mosque on Juanda street, its name was Halaqah Palu Timur, it was in 2002. Along with its development, in 2005, with the increasing number of karkun, the karkun asked for a deliberation and it was in the deliberation at the markaz on Mangga street, it was decided to form a Halaqah separated from the older one with the name Halaqah Tondo, located in Talise, at the Al-Ambar mosque. In 2012, Jamaah Tabligh in Tondo grew with the increasing number of mosques that carrying religious deeds. The karkun Tondo held a deliberation to form its own Halaqah. After the Palu ijtima was held in Taipa, a kargozari or report that some karkun wanted to separate and make their own Halaqah. In 2012 after approval from the markaz at Mangga street, Tondo made its own Halaqah which was located at the Darul Hikmah Mosque. The purpose of this separation is to ensure that the work of the karkun is better coordinated. In addition, once Mohalla's number is sufficient, one halaqah can be made. Based on the above explanation, the authors conclude that the Halaqah Tondo which was founded in 2012 was initiated from the East Palu Halaqah which is located at the Istiqlal Mosque on Juanda Street. The growing development of Jamaah Tabligh preachers in the West Palu section, especially in Tondo, prompted the birth of a deliberation at the Palu markaz at the Awwabin mosque in 2005 to add new Halaqah namely Talise and Tondo which was located at the Al-Ambar mosque, Talise, a fishing kampong complex. However, the name Halaqah is still called The Da’wah Strategy of Jamaah Tabligh in Sub-district of Tondo, Palu City Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316 Halaqah Tondo. The Halaqah Talise was made because for several reasons every karkun is easily controlled by seeing the increasing number of people taking part in this congregation; also, it also makes it easier for Tondo people to get access to halaqah deliberations. After going through the ijtima process from the association of Jamaah Tabligh members throughout the city of Palu in 2012 in Taipa, by referring to and seeing the kargozari report of Tondo da'wah workers, it was decided that Tondo can have a separate Halaqah. Another consideration is the fact that the mosques in Tondo have carried a lot of religious activities. Based on deliberation, it was also decided to form the center of Halaqah Tondo at the Darul Hikmah Mosque on Untad I road since 2012-2017. Agent of change for this development are ahbab or karkun and Amir who leads the halaqah deliberations and during the khuruj. The next is the role of the changer. The halaqah deliberation is held once a week. The role of the karkun or ahbab is to influence or making positive changes in attitudes and behavior of community. In addition, senior karkun must have the ability to build public trust to recruit new karkun. Once trust is built between the senior karkun and the karkun candidate, a friendship will emerge that in turn will create religious solidarity. In addition, deliberation is carried out based on brotherhood, care, togetherness and acceptance, so that communication strategies through da'wah messages can be conveyed by karkun in the community. The agent of change, in this case, are the ahbab or karkun and the halaqah group who have played a lot of roles during deliberations and jaulah. The role of ahbab/karkun can be seen from amal intiqoli and maqami which are the appearing practices when they go out for da'wah. This practice is known as the Khuruj Fii Sabilillah. It is one of the important activities that play a role in Jamaah Tabligh group. Khuruj also a way for to get self-improvement islah. Khuruj is carried out from house to house and from mosque to mosque on foot and is led by an Amir leader of the Halaqah. In creating change in community, an agent of change needs to have innovation in terms of da'wah material and this is also one of the important things that need to be considered by the da'wah actors of Jamaah Tabligh. In this context, in their research about Nahdlatul Ulama NU and Muhammadiyah, Suherdiana & Muhaemin 2018 wrote that "the material of da'wah is still centred in the area of faith, morals, and muamalah. Current issues that require study and solutions from an Islamic perspective are still Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316relatively limited”. Discussing contemporary issues is also seen as important for the karkun and emirs in Jamaah Tabligh when conducting da'wah, both during khuruj or not. By discussing contemporary issues, it is hoped that Jamaah Tabligh preaching will not go partially, which only focuses in spiritual development. Khuruj can be done at least four months in a lifetime or 40 days every year. During khuruj, the Jamaah Tabligh group often goes out of town, even abroad, to the markaz centre of the Jamaah Tabligh in India-Pakistan-Bangladesh. The Khuruj period is sometimes questioned by the common people, especially in regards to the aspect family considerations, given the fact that the khuruj time that can take 3 days, 40 days, and event 4 months. However, it is a guide that must be done in Jamaah Tabligh. Furthermore, in khuruj, amir has a controlling role in the activity of the karkun. A number of rules must be followed during khuruj which include four hours for da'wah, four hours for Taklim, four hours for dzikr worship, four hours for Khidmat. The khidmat consists of Khidmat to the Amir, khidmat to the Jamaah, Khidmat to the resident and khidmat to oneself. In total the total schedule activities is around 16 hours, the remaining 6 hours are used for sleep and 2 hours for other personal needs. If they leaving in an orderly manner by fully following the practice of ijtima'i, then with Allah's permission they will get Ishlah self-improvement after returning. You can keep your prayers in jamaah, mu'asyarah and mu'asyarah will be better. In the understanding of the Jamaah Tabligh community, the failure of people to go out in the way of Allah because they do not participate the activity in an orderly manner so that there is no self-improvement. The result is difficult to be fixed and will become a barrier for other people to obtain guidance hidayah. One of the main target of Jamaah Tabligh in doing khuruj is self-improvement so that the deeds of worship increase. The biggest target is for all mankind being to practicing religion perfectly and introducing the da'wah to communities members. The role of changer is to change morals to be praiseworthy, to become religious figures who are morally and religiously intelligent so that the number of cadres of ahbab and khuruj will increase. The role of changer in the activities of Jamaah Tabligh is to create human beings who practice religion faithfully according to the guidance of the Prophet Muhammad SAW, to do good deeds, to do da'wah that give benefit to human being on the earth. The agent of change above have important role in creating a society The Da’wah Strategy of Jamaah Tabligh in Sub-district of Tondo, Palu City Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316 that has moral and spiritual awareness. The role of agent as described by Griffin and Pareek Juwita, 2019 is as a catalyst for the development of society. Furthermore, both amir and karkun have a role as agents of change who help community or the Jamaah Tabligh itself. CONCLUSION The result of this study showed that the da'wah strategy of Jamaah Tabligh emphasized consolidating da'wah with regeneration of the Jamaah cadres. Furthermore, there are some important aspects of the da'wah of Jamaah Tabligh in Tondo. First, its planning applies a concept of four preparations which include tafakud amal, family tafakud tafakud keluarga, work tafakud tafakud pekerjaa and amwal tafakud. Second, in its implementation, Jamaah Tabligh carries out da'wah through the practice of Intiqali and practice of Maqami. Third, in the aspect of agents of change, it can be identified that agents of change in Jamaah Tabligh da'wah consists of emir as an individual or the karkun as a group. In addition, the actions of agents of change that have been carried out include unifying thoughts and method of action so that everyone would accept and willing to practice religion perfectly that manifest in themselves, families, and societies. Beside, the role of the changer is to change morals to be praiseworthy, to become religious figures and morally and religiously intelligent so that the number of cadres of ahbab and khuruj increase. In addition, some advices generated from this study are as follow. First, Jamaah Tabligh supports for the awareness of Muslims to always doing good deeds based on the guidance of Rasululah SAW. By using da'wah strategy starting from planning to the importance role of agent of change, it is hoped that the material of the da'wah delivered by the Jamaah is enriched with contemporary issues, so that the da'wah being carried does not seem to be partial. Second, the negative assumption regarding the disharmony of the responsibility of da'wah and family in Jamaah Tabligh movement, comes from the limited knowledge of people about the concept of tafakud. For this reason, this concept needs to be continuously socialized, so that it can minimize the bias of the common people about Jamaah Tabligh. REFERENCES Amin, E. 2012. Dakwah Rahmatan li Al-Alamin Jamaah Tabligh di Kota Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316Jambi. Jurnal Komunikasi Islam, 2. Ar-Rahim. 2012. Mushab Al-Quran dan Terjemahan. Bandung Kementrian Agama Khazanah Ilmu. Arifin, B. 2018. Strategi Komunikasi Dakwah Da’i Hidayatullah dalam Membina Masyarakat Pedesaan, Communicatus Jurnal Ilmu Komunikasi, 22, 159–178. DOI DOI Asror, M. Z. 2018. Strategi Dakwah Gerakan Jamaah Tabligh di Kota Pancor, SOSIO EDUKASI Jurnal Studi Masyarakat Dan Pendidikan, 21, 39-45. DOI Aziz, M. A. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta Timur Prenada Media. Budimansyah, B. 2012. Gerakan Islam Jama’ah Tabligh dalam Tinjauan Maqâshid Al-Dîn, Al-’Adalah, 101, 255–265. Departemen Agama, R. I. 2005. Al-Qur’an dan terjemahan. Jakarta PT Syaamil Cipta Media. Effendi, D. I. 2020. The Identity Construction of Da’wah Leadership on Jama’ah Tabligh Movement, Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies, 141, 133–150. DOI Fahim, A. 2009. Inilah Kedok Jamaah Tabligh. Cetakan ke-11. TtpYasa Ishaq, A, N. 2009. Khuruj Fisabilillah. Bandung Al Ishlah. Furqan, F. 2015. Peran Jama’ah Tabligh dalam Pengembangan Dakwah, Jurnal Al-Bayan Media Kajian Dan Pengembangan Ilmu Dakwah, 212, 1-14. DOI Herman, H. 2017. Strategi Komunikasi Pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah ZIS Melalui Media Sosial, Communicatus Jurnal Ilmu Komunikasi, 12, 171–190. DOI Juwita, R. 2019. Artikel Konsep Dan Peranan Agen Perubahan. Kafie, J. 1993. Psikologi Dakwah. Surabaya Offset Indah. Karim, H. A. 2018. Urgensi Halaqah dalam Akselerasi Dakwah, At-tahriq Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 22, 315–335. Kayyo, R. B. 2007. Khatib Pahlawan, Manajemen Dakwah; Dari Dakwah Konvensional Menuju Dakwah Profesional. Jakarta Amzah. Khawiyu, A. 2019. Pemberian Nafkah Terhadap Keluarga Studi Kasus Aktifitas Khuruj Jama’ah Tabligh Di Kota Kendari, Jurnal Syariah Hukum Islam, 21, 1–15. The Da’wah Strategy of Jamaah Tabligh in Sub-district of Tondo, Palu City Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316 Mahdi, H. 2007. Interaksi Sosial Jamaah Tabligh di Kota Malang Studi tentang Interaksi Sosial Jamaah Tabligh di Masjid Pelma dan Ponpes Jami’urrahman Malang, El-Qudwah., Razak, Y. 2008. Jamaah Tabligh Ajaran dan Dakwahnya. Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah. Rojiati, U. 2019. Manajemen Komunikasi Sosial Penganut Agama Baha’i. Communicatus Jurnal Ilmu Komunikasi, 31, 1–16. DOI Rustandi, R. 2020. Dakwah Komunitas di Pedesaan dalam Perspektif Psikologi Komunikasi, Irsyad Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam, 83, 301-322. DOI Sakdiah, S. 2017. Masthurah dalam Dakwah Jamaah Tabligh Analisis Metode dan Praktik, Al-Idarah Jurnal Manajemen Dan Administrasi Islam, 11, 67–86. Sendjaja, S. D. 2011. Komunikasi Signifikansi, Konsep, dan Sejarah. Modul Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma. Shahab, A. N. I. 2009. Khuruj fi Sabilillah. Bandung Pustaka Al-Ishlah. Shonhaji, S. 2012. Agama Sebagai Perekat Social Pada Masyarakat Multikultural, Al-Adyan Jurnal Studi Lintas Agama, 72, 1–19. Soekanto, S. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. Subu, A., Arifuddin, A., & Jasad, U. 2017. Strategi Dakwah Jamaah Tablig dalam Realitas Konflik Sosial di Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara, Jurnal Diskursus Islam, 51, 30–42. Sudarman, A. 2018. Strategi Komunikasi untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat dalam Membayar Zakat Maal, Communicatus Jurnal Ilmu Komunikasi, 21, 39–58. DOI Suherdiana, D., & Muhaemin, E. 2018. The Da’wah of Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah in Social Media of Facebook, Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies, 122, 187–200. DOI ttps// Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316Supuani. 2004. Jamaah Tabligh di Palu. Pendidikan Sejarah. Palu Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. FKIP UNTAD. ... Begitu juga istilah Deobandi merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyebut salah satu nama desa, dikenal dengan nama Deoban. Merupakan suatu wilayah yang didominasi oleh mayoritas umat Islam, umumnya bermazhab Hanafi Nuraedah & Mutawakkil, 2020. ...... Diihat dari kehidupan keluarga, Muhammad Ilyas lahir dari keluarga yang sangat kental dengan nuasa agama, ayahnya Muhammad Ismail merupakan seorang sufi dan bermazhab fiqh hanafi. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi Muhammad Ilyas untuk menjadikan agama sebagai tujuan utamanya Hasanah, 2017 Nuraedah & Mutawakkil, 2020. ...Mawardi MawardiHadis merupakan ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat Rasulullah Saw. Dalam Islam, hadis mempunyai peran penting sebagai norma dalam membentuk hokum. Social, dan budaya. Oleh karena posisinya yang sangat menentukan setelah AlQuran, semua umat Islam berupaya menjadikan hadis sebagai legalitas tindakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk menjadikan hadis sebagai legalitas ideology keagamaan. Kajian ini focus pada hadis dikalangan jamaah tabligh dengan menelaah dari proses pembentukan hokum hingga legaltas ideologis. Persoalan penting dalam kajian ini, bagaimana jamaah tabligh memahami hadis untuk diterapkan dalam kehidupannya? Dan bagaimana penginternalisasi hadis dalam menegosiasikan social jamaah dengan norma-norma yang dijelaskan dalam hadis? Dari kajian ini didapakan bahwa jamaah tabligh menjadikan hadis sebagai Sunnah yang hidup dalam keseharian. Penggunaan pakaian gamis merupakan bentuk nyata dari upaya menghidupkan Sunnah. Dalam hal ini, telihat bahwa proses penginterasian terlihat kreativitas jamaah terhadap model pakaian yang digunakan... Yang namanya manusia-manuasia kan ingin ketemu dengan ulama ula besar, Sholeh-sholeh pokonya yang di sana itu Wawancara Narasumber M, 2021 Agen pengubah dalam proses komunikasi memiliki peran dalam komunikasi dakwah di jamaah tabligh, agen pengubah disini adalah ahbab karkun dan amir, yaitu merubah akhlak menjadi terpuji sebagaimana suri tauladan Nabi Muhammad. Nuraedah & Mutawakkil, 2020 Sesama Kelompok Jamaah Tabligh Tingkat solidaritas kelompok minoritas diketahui lebih solid dan kompak, dengan berbagai tekanan serta tantangan yang diterima kelompok ini dari masyarakat. Sesama umat Jamaah Tabligh mereka saling menguatkan secara pribadi dan kelompok. ...Siti Khodijah Nurul AulaDerry Ahmad RizalNur Afni KhafsohThe presence of minority groups always presents dynamics in society. The Tablighi Jamaat has so far been classified as a religious minority group from among Muslims. As a minority group, the presence of the Tablighi Jamaat creates dynamics and conflict in the neighborhood where they live. This article aims to explain the forms and strategies in conveying the values of the religious ideology of the Muslim minority group Jamaah Tabligh in Tambi village, Wonosobo, Central Java to the surrounding community. The data used as the basis for the analysis were obtained through observation, interviews, and literature review. This article shows that the process of spreading ideological values carried out by the Tablighi Jamaat in Wonosobo was carried out based on the texts fadholilul amal, six characteristics of a friend, and khuruj fi sabilillah. Meanwhile, the efforts made by the Tablighi Jamaat group to be accepted in society through a number of things, such as fighting the stigmatization of post-ijtima 'ulama in Gowa, South Sulawesi, carrying out a distinctive and consistent da'wah strategy, and cultural acculturation. In the face of rejection by the community, the solution chosen by the Tablighi Jamaat is to seek legitimacy for their actions through the text of fadholilul amal, the central emir, and other fellow followers of the Tablighi Jamaat. This article is still limited to the practice of spreading ideological values from the teachings of the Tablighi Jamaat in the village of Tambi, Wonosobo, so there is still a need for studies on similar Muslim minority groups in various regions in Indonesia.... Agen yang mengubah dalam konteks ini adalah karkun serta amir, mereka mengubah umat menjadi terbuji sebagaimana yang dituntunkan oleh Nabi Muhammad. Nuraedah & Mutawakkil, 2020. ...Siti Khodijah Nurul AulaDinamika hubungan sosial-keagamaan di masa pandemi Covid 19 mengalami pasang surut. Masyarakat juga mulai terbiasa dengan kebiasaan baru memakai masker, menjaga jarak, dan melakukan kegiatan dari rumah work from home. Kenormalan baru tersebut dilakukan juga oleh segenap masyarakat di Desa Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Kehidupan masyarakat disana beragam dengan berbagai latar belakang organisasi dan aliran keagamaan, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Jamaah Tabligh. Kehadiran Pandemi Covid 19 menjadi salah satu tantangan hubungan sosial-keagamaan bagi masyarakat desa, terlebih terdapat kelompok minoritas Jamaah Tabligh. Kelompok Jamaah Tabligh mendapatkan sorotan dan pertentangan ketika awal penyebaran Covid 19 di Indonesia karena menyelenggarakan Ijtima’ Ulama dunia di Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian ini akan menjelaskan keberadaan kelompok minoritas Jamaah Tabligh di Desa Tambi, serta menganalisis dampak pandemi pada masyarakat yang multicultural. Desa Tambi menjadi etalase kecil dalam melihat masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai multikultural. Eksistensi dari masyarakat multikultural di Desa Tambi mendapatkan tantangan setelah Jamaah Tabligh terlihat pada kegiatan Ijtima’ Ulama dengan pemberitaan yang massif di media sosial dan media cetak. Penelitian ini menggunakan teori masyarakat multikultural dari Bikhu Parekh, yang menjelaskan setiap komunitas budaya yang memiliki perbedaan secara konsepsi terkait dunia, sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah adat, dan kebiasaan. Berdasarkan analisis data di lapangan didapatkan hasil penelitian sebagai berikut Pertama, terdapat faktor internal dan eksternal yang menyebabkan hubungan masyarakat multikultural dengan kelompok minoritas muslim menghadapi gejolak di masa pandemi Covid 19. Kedua, Kondisi pandemi Covid 19 menjadi tantangan bagi masyarakat Desa Tambi terkait esksistensi Jamaah tabligh, yang terstigma menjadi salah satu penyebab dalam penyebaran Covid 19 di Indonesia. Keyword amaah Tabligh, Multicultural, Covid 19, Wonosobo... In their research, Murniyetti et al., 2016 ;Waluyo, 2017 ;Inten, 2017 & Hasanah et al., 2019 state that parents are the first party T who are responsible to give modeling good moral conduct and characters. Related to the issue proposed in this study, some studies were conducted by Bustamam, 2008; Kamalludin, 2018; Nurhayati, 2019; Zubaidillah & Nuruddaroini, 2020; Nuraedah & Mutawakkil, 2020 show that the educational method used by the parents in Tablighi Jamaah to educate their children to become religious and pious community members, the Quran reciters and memorizers who have good Islamic moral characters and conducts. ... Engkizar EngkizarMunawir KSoni KaputraMutathahirin MutathahirinThis study is aimed at exploring how to build family-based Islamic character in the Tablighi Jamaat community. As a qualitative study, the research was conducted by using an ethnographic approach. The data were collected through direct interviews with ten informants which are the heads of the family that belong to the Tablighi Jamaat community. Moreover, the researcher was also involved in some religious activities of the community for two years that the observation during the activities can be used to reinforce the result of the interviews. Those activities are Ijtima’ annual gathering, Bayan Markas sermon, Ta’lim Halaqah, Khuruj proselytizing tour, Jaulah, and some informal visits to interviewees’ families. All data, both interviews and direct observation, were thematically analyzed by using specific software, namely NVivo 12. Based on the data it is found that there are five major Islamic characters could be developed through the family-based character building in the Jama’ah Tablghi community, namely 1 good moral conduct to parents, 2 having a sense of shame to violate the shari’a, 3 behaving based on Islamic shari’a, 4 time punctuality, 5 good moral characters. Finally, the findings reveal that the building of family-based Islamic characters in the Tablighi Jamaat community contributes to the positive effects of children's Islamic characters in family and community.... Basically can be formulated, da'wah is in fact an actualization of faith theology that is manifested in a system of human activities of believers in various areas of life kaaffah that is carried out regularly to influence the way people think, behave and act. Reality shows that factually, the recognition of the status of the preacher as a da'wah performer can be studied and actualized on the field of individual and sociocultural reality in order to seek the realization of Islamic teachings in all aspects of life by using certain approaches and ways Nuraedah & Mutawakkil, 2020. ...Eko Hendro SaputraM. Bahri GhazaliHasan Mukmin Fitri YantiThis paper presents understanding da’wah and khatib. Da'wah contains the meaning of an activity to invite people in a wise way to the right path for good, whether in oral, written, or deed, which is done consciously and planned in an effort to achieve welfare and happiness in this world and in the hereafter. In line with that, da'wah according to the term semantics, contains the meaning of activities that are coaching as an effort to maintain and improve something that has existed before; and can also be defined as development as an activity that leads to renewal or holding something that does not already exist. Khatib in certain situations are sometimes the same as ulama, who as the informal opinion leader are not only considered as Islamic leaders, but are often treated as leaders of social groups or communities whose influence extends beyond the boundaries of religious areas, penetrates into political, social, political aspects, culture, and government.... Basically can be formulated, da'wah is in fact an actualization of faith theology that is manifested in a system of human activities of believers in various areas of life kaaffah that is carried out regularly to influence the way people think, behave and act. Reality shows that factually, the recognition of the status of the preacher as a da'wah performer can be studied and actualized on the field of individual and sociocultural reality in order to seek the realization of Islamic teachings in all aspects of life by using certain approaches and ways Nuraedah & Mutawakkil, 2020. ... Fitri Yantieko hendroBahri GhazaliHasan MukminThis paper presents understanding da’wah and khatib. Da'wah contains the meaning of an activity to invite people in a wise way to the right path for good, whether in oral, written, or deed, which is done consciously and planned in an effort to achieve welfare and happiness in this world and in the hereafter. In line with that, da'wah according to the term semantics, contains the meaning of activities that are coaching as an effort to maintain and improve something that has existed before; and can also be defined as developme nt as an activity that leads to renewal or holding something that does not already exist. Khatib in certain situations are sometimes the same as ulama, who as the informal opinion leader are not only considered as Islamic leaders, but are often treated as leaders of social groups or communities whose influence extends beyond the boundaries of religious areas, penetrates into political, social, political aspects, culture, and Imanuddin Effendy Dudi RustandiThe presence of religious social groups is driven by the process of leadership emergence. The purpose of this study is to find 1 the concept of leadership of the Tablighi Jamaah from various perspectives; Sufism, jurisprudence, laity, and religious authority; 2 Construction of the identity of the religious leaders of the Jamaah Tabligh. The research paradigm uses virtual ethnographic methods with social identity construction theory. The results showed that 1 the concept of leadership in the Tablighi Jamaah emphasized more on religious authority and charismatic leadership 2 The construction of the religious identity of the leadership dimension of the Tablighi Jama'at was a combination of charismatic and transformational authority. This research can have an impact on the leadership model of social and religious institutions in Indonesia as a model that is quite effective in creating observance of kelompok sosial keagamaan didorong oleh proses munculnya kepemimpinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan 1 konsep kepemimpinan Jamaah Tabligh dari beragam perspektif; sufistik, yurisprudensi, awam, dan otoritas keagamaan; 2 Konstruksi identitas kepemimpinan agama Jamaah Tabligh. Paradigma penelitian menggunakan metode etnografi virtual dengan teori konstruksi identitas social. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 konsep kepemimpinan pada Jamaah Tabligh lebih menekankan pada otoritas keagamaan dan kepemimpinan yang bersifat kharismatik 2 Konstruksi identitas keagamaan dimensi kepemimpinan Jama’ah Tabligh merupakan perpaduan antara otoritas kharisma dan transformasional. Penelitian ini dapat berdampak terhadap model kepemimpinan instusi social maupun keagamaan di Indonesia sebagai model yang cukup efektif dalam menciptakan ketaatan ArifinThis paper aims to determine the da'i Hidayatullah da'wah communication strategy in fostering rural communities which are formulated into three questions as follows the role of da'i Hidayatullah in raising awareness of rural communities. The diffusion of da'i Hidayatullah's da'wah communication in fostering rural communities and the innovation of da'i Hidayatullah's da'wah communication in fostering rural communities in Cimenyan district, Bandung regency. The research method uses descriptive methods by making the da'i Hidayatullah Bandung district that fosters rural communities as the main source of this research. This type of research is qualitative. The results showed that the Hidayatullah preacher had a role as a change agent by conducting persuasive-informative communication in raising and fostering rural communities in the Cimenyan sub-district, Bandung regency. The diffusion of da'wah communication carried out by Hidayatullah in developing rural communities in the Cimenyan district of Bandung district through activities in the form of majelis ta'lim, grand MBA, training of bina aqidah, qur'an education park TPA and mosque youth in which da'wah messages in the form of aqeedah, shari'ah, and morals. Da'i Hidayatullah's innovation in da'wah communication was in the form of implementing an empowerment program which included empowering human resources HR and the community economy which was formed through training and recitation activities. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi dakwah da’i Hidayatullah dalam membina masyarakat pedesaan yang dirumuskan menjadi tiga pertanyaan sebagai berikut peran da’i Hidayatullah dalam menyadarkan masyarakat pedesaan. Difusi komunikasi dakwah da’i Hidayatullah dalam membina masyarakat pedesaan dan inovasi komunikasi dakwah da’i Hidayatullah dalam membina masyarakat pedesaan di kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan menjadikan da’i Hidayatullah kabupaten Bandung yang membina masyarakat pedesaan sebagai sumber utama dalam penelitian ini. Jenis penelitian adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa da’i Hidayatullah berperan sebagai agen perubah dengan melakukan komunikasi persuasif-informatif dalam menyadarkan dan membina masyarakat pedesaan di kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung. Difusi komunikasi dakwah yang dilakukan oleh da’i Hidayatullah dalam membina masyarakat pedesaan di kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung melalui kegiatan berupa majelis ta’lim, grand MBA, training bina aqidah, taman pendidikan al-qur’an TPA dan remaja masjid yang didalamnya disampaikan pesan-pesan dakwah berupa pesan aqidah, syari’ah, dan akhlak. Inovasi komunikasi dakwah yang dilakukan oleh da’i Hidayatullah berupa penyelenggaraan program pemberdayaan yang meliputi pemberdayaan sumber daya manusia SDM dan ekonomi masyarakat yang dibentuk melalui kegiatan pelatihan dan SudarmanPoverty is a very serious problem faced by the Indonesian people and to immediately find and find solutions to reduce a problem in poverty. Zakat is one way to reduce poverty, by utilizing the zakat funds. Zakat Collector Unit UPZ in Rancasari Sub-District, Bandung City, is devoted to zakat management activities in conveying messages so that the public is aware of the importance of paying zakat mal if it is bishab and haul. So that a number of questions were formulated in the study 1 What is the Communication Strategy in Planning? 2 What is the Communication Strategy in Implementation? 3 What is the Communication Strategy in Evaluation? The theory used in this study is a management approach communication strategy from Fred R. David which reveals that the strategy management process has three stages Planning, Implementation and Evaluation. This theory is also strengthened by the communication strategy of Richard West Lynn H. Tunner with internal and external communication approaches. The method used in this study is observation, in-depth interviews and documentation. The results of this study Planning both internally and externally is supported by the role of the chairman who carries out organizational command by optimizing existing fields. Implementation of the Zakat Collection Unit in Rancasari Subdistrict is still on activities outside zakat mall. Trust in the Zakat Collection Unit is still lacking. Socialization activities are still at the level of verbal delivery in certain groups or merupakan masalah yang sangat serius yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dan untuk segera mencari dan menemukan solusi untuk mengurangi suatu persoalan dalam kemiskinan tersebut. Zakat merupakan salah satu cara untuk menekan angka kemiskinan, dengan memanfaatkan dana zakat tersebut. Unit Pengumpul Zakat UPZ Kecamatan Rancasari Kota Bandung pada kegiatan pengelolaan zakat maal dikhususkan dalam menyampaikan pesan agar masyarakat menyadari pentingnya membayar zakat mal bila sudah bishab dan haul. Sehingga dirumuskan beberapa pertanyaan dalam penelitian 1 Bagaimana Strategi Komunikasi dalam Perencanaan? 2 Bagaimana Strategi Komunikasi dalam Implementasi? 3 Bagaimana Strategi Komunikasi dalam Evaluasi? Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi pendekatan manajemen dari Fred R. David yang mengungkapkan bahawa proses manajemen strategi ada tiga tahapan yakni Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. Teori ini juga dikuatkan oleh strategi komunikasi dari Richard West Lynn H. Tunner dengan pendekatan komunikasi internal dan eksternal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dalah observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini Perencanaan baik secara internal dan eksternal didukung oleh peran ketua yang menjalankan komando organisasi dengan mengoptimalkan bidang-bidang yang ada. Pelaksanaan implementasi Unit Pengumpul Zakat Kecamatan Rancasari masih pada kegiatan diluar zakat mal. Kepercayaan kepada Unit Pengumpul Zakat masih kurang. Kegiatan sosialisasi pun masih pada tataran penyampaian secara verbal pada kumpulan atau forum RojiatiThis study aims to obtain an overview of Religious Experience. Principles of Baha'i Trust and Social Communication. Dogma and Baha'i Trust in Influencing Social Communication of Followers and Social Communication of Adherents of the Baha'i Religion with the Neighborhood Community. This research uses phenomenological methods and theories, qualitative approaches. The results of the study show that the essence of religious experience, namely sensitivity to the sacred, the religious experience is not only natural but also cultural. The Baha'i believe that God is the Creator of the universe, the apostles and prophets are intermediaries to channel God's will for humans through divine revelation contained in the holy books of various religions in the world. The purpose of the Baha'i religion is to realize spiritual transformation in human life and renew the institutions of society based on principles to the Essence of God, the unity of religion, and the unity of all humanity. From some of the teachings, goals, and visions of the Baha'i, the Baha'is in Bandung transformed themselves through their daily attitudes that are always friendly to everyone and open to the local ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai Pengalaman Keagamaan. Asas-asas Kepercayaan Baha’i dan Komunikasi Sosial. Dogma dan Kepercayaan Baha’i dalam Mempengaruhi Komunikasi Sosial Para Pengikutnya dan Komunikasi Sosial Penganut Agama Baha’i dengan Masyarakat Sekitar. Penelitian ini menggunakan metode dan teori fenomenologi, pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa, Hakikat pengalaman keagamaan, yaitu kepekaan terhadap yang suci, maka pengalaman religious bukan hanya natural tetapi juga kultural. Umat Baha’i percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta alam semesta, para rasul dan nabi merupakan perantara untuk menyalurkan kehendak Tuhan bagi manusia melalui wahyu Illahi yang terdapat dalam kitab-kitab suci berbagai agama di dunia. Tujuan agama Baha’i adalah untuk mewujudkan transformasi rohani dalam kehidupan manusia dan memperbaharui lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip ke Esaan Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan seluruh umat manusia. Dari beberapa ajaran, tujuan dan visi umat Baha’i tersebut, para penganut Baha’i di Bandung mentransformasikannya lewat sikap mereka sehari-hari yang selalu ramah kepada setiap orang dan terbuka terhadap masyarakat RustandiPenelitian ini berupaya menganalisis perilaku komunikasi, proses dan pengaruh komunikasi yang berlangsung di komunitas Majelis Remaja dan Pelajar Islam MERAPI Pangalengan di Kabupaten Bandung. Analisis dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan perspektif psikologi komunikasi berkaitan dengan aktivitas dakwah berbasis komunitas di pedesaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas MERAPI merumuskan formulasi dakwah komunitas secara inovatif dan kreatif. Proses komunikasi berlangsung dalam konteks komunikasi kelompok kecil, kelompok besar, organisasi dan massa. Proses komunikasi ini berlangsung baik secara tatap muka maupun bermedia. Proses komunikasi mempengaruhi perilaku komunikasi. Pengaruh perilaku komunikasi dalam bentuk konformitas, fasilitasi sosial dan polarisasi. Ketiga perubahan perilaku komunikasi ini terjadi pada aspek pengetahuan, keyakinan, ritual, pengalaman dan komitmen. ABSTRACT This study seeks to analyze the communication behavior, process, and influence of communication taking place in the Pangalengan Community of Youth and Student Council MERAPI in Bandung Regency. The analysis was carried out using a communication psychology perspective related to community-based da'wah activities in rural areas based on qualitative methode. The results showed that the MERAPI community formulated an innovative and creative community da'wah formulation. The communication process takes place in small groups, large groups, organizations, and mass communication. This communication process takes place both face-to-face and media. The communication process affects communication behavior—the influence of communication behavior in conformity, social facilitation, and polarization. The three changes in communication behavior occur in knowledge, belief, ritual, experience, and Abdur RahimHalaqah tarbiyah is a source of energy for god preacher. The place of the preachers in the way of Allah absorbs the energy of ruhi to then channel or reflect back its light into the midst of society in the form of moral example, exclamation of goodness, and prevention of various bad morals. A da'i in halaqah tarbiyah is like a light bulb that receives and absorbs electrical energy from an installed electrical substation, to illuminate people's lives. A preacher is a light bulb that illuminates the dark darkness of life, changes the conditions which are covered in ignorance to become a civilized society, and destroys bad morals behavior to bring people to moral glory and high manners. For god preacher, halaqah tarbiyah is a necessity. An attempt for a dai not to be trapped in the waves of infiradhi preaching. A guard of a preacher to not fall into the comfort zone of preaching in solitude. An effort for a dai to not be sedated with icons from celebrities, preaching euphoria of fame, preaching full of worldly entertainment, and drowning in excessive popularity. An effort to protect yourself to the furthest from the ujub pride and to be amazed by the admirers. This is a way for a god preacher to always maintain sincerity, patience, piety, and trust in Him. key word urgensi halaqah, tarbiyah, akselerasi dakwahE AminAmin, E. 2012. Dakwah Rahmatan li Al-'Alamin Jamaah Tabligh di Kota Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies 142 2020 297-316Mushab Al-Quran dan TerjemahanAr-RahimAr-Rahim. 2012. Mushab Al-Quran dan Terjemahan. Bandung Kementrian Agama Khazanah Z AsrorAsror, M. Z. 2018. Strategi Dakwah Gerakan Jamaah Tabligh di Kota Pancor, SOSIO EDUKASI Jurnal Studi Masyarakat Dan Pendidikan, 21, 39-45. DOI Islam Jama'ah Tabligh dalam Tinjauan Maqâshid Al-DînM A AzizAziz, M. A. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta Timur Prenada Media. Budimansyah, B. 2012. Gerakan Islam Jama'ah Tabligh dalam Tinjauan Maqâshid Al-Dîn, Al-'Adalah, 101, 255-265.

doa musyawarah jama ah tabligh